Rabu, 24 April 2013

THERAPY MODALITAS UNTUK PASIEN DIABETES MILITUS

SENAM KAKI DIABETIK 

Terapi modalitas merupakan terapi yang dilakukan perawat secara mandiri sebagai alternatif pengobatan yang dapat dilakukan klien dan keluarga dalam hal pengobatan dan sudah dibuktikan secara riset dampaknya terhadap kesehatan klien Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif.

Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu dari penyakit degeneratif tersebut. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula darah tinggi) sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin, aktifitas insulin ataupun keduanya (American Diabetes Assosiation, 2003). Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. 

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup.

Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. Saat ini, penyakit diabetes melitus (kencing manis) bukan hanya milik kaum lansia. Semua kalangan usia, mulai balita hingga orang dewasa, juga bisa terjangkit salah satu jenis sindrom metabolic tersebut. Ada tiga terapi pengobatan penyakit kencing manis. Yakni, menjalani pola hidup sehat, rutin senam diabetes, dan minum obat. “Namun, obat bukan terapi utama diabetesi”, kata Andri Sumarni, instruktur senam diabetes dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Unit RSU dr. Soetomo. Karena itu, diabetesi dianjurkan melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali seminggu. Rutin senam terbukti bisa mengontrol kadar gula darah tubuh, agar tak bertambah tinggi. 

Dari sudut ilmu kesehatan,tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya.selain itu telah lama pula olah raga digunakan sebagai bagian pengobatan diabetes melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut adalah senam kaki. Karena salah satu tujuan dilaksanakannya senam kaki adalah memperlancar peredaran darah untuk mencegah kaki diabetes

A.      Defenisi

Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya lukapada kaki diabetes. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalamperawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, disamping memotong kuku yangbenar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki(Soegondo, et al. 2004).
Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Angka amputasi akibat diabetes masih tinggi, sedangkan biaya pengobatan juga sangat tinggi dan sering tidak terjangkau oleh masyarakat umum.
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002).
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986)
Ada 3 alasan mengapa orang dengan diabates lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu:
a.       Sirkulasi darah kaki dari tungkai yang menurun (gangguan pembuluh darah)
b.      Berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf)
c.       Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
Senam kaki ini sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropathy di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Latihan senam kaki DM ini dapat dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau ke dalam dan mencengkram pada jari-jari kaki (Soegondo, et al. 2004).

B.       Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut (Tara, 2003).
Gerakan dalam senam kaki DM tersebut seperti yang disampaikandalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapatmembantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Bisa mengurangi keluhan darineuropathy sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan, gringgingen di kaki.Manfaat dari senam kaki DM yang lain adalah dapat memperkuat otot-ototkecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan ototbetis dan paha (gastrocnemius, hamstring, quadriceps), dan mengatasiketerbatasan gerak sendi (Soegondo, et al. 2004).
Senam kaki DM dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien DM untuk meningkatkan aliran darah dan memperlancar sirkulasi darah, hal ini membuat lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif (Soegondo, et al. 2004). Kondisi ini akan mempermudah saraf menerima nutrisi dan oksigen yang mana dapat meningkatkan fungsi saraf (Guyton & Hall, 2006).
Soegondo, et al. (2004), juga menyebutkan bahwa latihan seperti senam kaki DM dapat membuat otot-otot di bagian yang bergerak berkontraksi. Kontraksi otot ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion, menguntungkan ion positif dapat melewati pintu yg terbuka. Masuknya ion positif itu mempermudah aliran penghantaran impuls saraf (Guyton & Hall, 2006).
Secara garis besar tujuan dari senam kaki diabetik adalah:
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

C.      Indikasi dan Kontraindikasi

1.      Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini.

2.      Kontraindikasi
a.       Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada.
b.      Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
D.      Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan
a.       Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien
b.      Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan
c.       Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)
d.      Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki tersebut
e.       Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi)

E.       Prosedur Pelaksanaan
1.      Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.
2.      Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
3.      Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, Jaga privacy pasien
4.      Prosedur Pelaksanaan :
a.       Perawat cuci tangan
b.      Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

  
c.       Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

d.      Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

e.       Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

 f.       Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

g.      Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

h.      Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.

i.        Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

j.        Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

k.      Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

  
l.        Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
o   Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
o   Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
o   Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
o   Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

  
F.       Hal yang Harus di Evaluasi Setelah Tindakan

a.       Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki
b.      Pasien dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki
c.       Pasien dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki secara mandiri
G.      Dokumentasi Tindakan
a.       Respon klien
b.      Tindakan yang dilakukan klien sesuai atau tidak dengan prosedur
c.       Kemampuan klien melakukan senam kaki


»»  Baca Selengkapnya

Kamis, 04 April 2013

KOMUNIKASI PADA ANAK



MAKALAH
KOMUNIKASI PADA ANAK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak







Disusun Oleh

ERA SASTRIAWATI
YAYAN SOFYAN
ADRIANI FEMILIA
YUSNI
NOVA PUTRI AYU KELLI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
Tahun 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Komunikasi Pada Anak . Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta hambatan dalam berkomunikasi dengan anak. Khususnya pada komunikasi terapiotik.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar penyusunan makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya. Penulis menyadari bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis didalam peyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Semoga penulisan karya tulis ini bermanfaat, Amin.


Bukititnggi, Maret 2013


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih saying dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam praktek keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien sehingga komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik.
komunikasi terapeutik merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi (Stuart dan Sundeen, 1987)

Oleh sebab itu, dalam proses berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan dalam berkomunikasi.
Dari uraian tersebut diatas penulis membuat makalah dengan judul “Komunikasi pada anak “.







1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apakah yang dimaksud dengan komunikasi pada anak?
1.2.2     Apakah prinsip komunikasi pada anak?
1.2.3     Apakah Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak ?
1.2.4     Bagaimanakah Tekhnik Komunikasi pada anak?
1.2.5     Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai     tumbuh kembang.

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian tentang komunikasi pada anak.
1.3.2 Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dengan anak.
1.3.3 Mengetahui Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
1.3.4     Tekhnik Komunikasi pada anak
1.3.5     Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai       tumbuh kembang.



BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.


2.2 Prinsip-prinsip komunikasi pada anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk  membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai    komunikasi.

2.3   Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
1.    Pendidikan
2.    Pengetahuan
3.    Sikap
4.    Usia tumbuh kembang
5.    Status kesehatan anak
6.    Sistem social
7.    Saluran
8.    Lingkungan

2.4   Tehnik Komunikasi
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :

1.     Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.    Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3.    Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4.    Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.


5.    Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.    Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.    Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.    Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9.     Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

2.5.    Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai       tumbuh    kembang.
Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada umumnya dapat dilakukan dengan melalui gerakan-gerakan bayi yang merupakan alat komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi pada bayi dimulai dengan kemampuan bayi melihat benda-benda yang menarik, biasanya pada minggu ke delapan. pada minggu kedua belas bayi dapat tersenyum. pada usia 16 minggu bayi dapat menoleh kea rah suara yang asing baginya. Pada pertengahan tahun bayi dapat mengucapkan kat-kata awal seperti ba-ba, da-da dan lain-lain. pada bulan ke sepuluh bayi dapat berespon saat dipanggil namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, dan pada akhir tahun pertama dapat mengatakan kata-kata yang spesifik sekitar dua atau tiga kata.
Selain komunikasi di atas, komunikasi yang efektif menggunakan komunikasi nonverbal sepertimengusap, menggendong, memangku dan lain-lain
Usia Toddler dan Prasekolah (1-2,5 th, 2,5-5 tahun)
Pada tahun pertama anak sudah mampu memahami sekitar sepuluh kat. pada tahun kedua memahami sekitar 200-300 kata. Pada usia 3 tahun, anak sudah mampu menguasai skitar 900 kata. Komunikasi pada usia ini bersifat egosentris, rasa ingin tahu dan inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat, mudah merasa kecewa dan merasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut trhadap ketidaktahuan, dan perlu diingat pada usia ini anak masih belum fasih berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini, cara berkomunikasi yang dilakukan adalah dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, member kesempatan untuk menyentuh alat pemeriksaan yang digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hidarkan sikap mendesak sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberikan mainan saat berkomunikasi dengan maksud anak mudah diajak berkomunikasi, mengatur jarak saat berkomunikasi, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa persetujuannya, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan rasa cemas. Menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak saat komunikasi.

Usia Sekolah (5-11 tahun)
Dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan anak mencerminkan fikiran anak dan kemampuan anak untuk membaca di sini sudah dapat dimulai. Pada usia delapan tahun anak sudah dapat membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. pada usia ini keingintahuan pada aspek fusngsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan rasa malu, pada usia ini anak sering kali merenung kehidupan masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola fikir mulai menunjukkan kea rah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah dengan berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi. Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motivasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila tiga permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.

B.   Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan  dan diskusi kelompok kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makalah ini.
Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini. Perawat dapat lebih merencanakan  bantuan dan bimbingan  bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sempurna.









DAFTAR PUSTAKA

      i.        Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
    ii.        Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
   iii.        Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek  keluarga,usdiknakes  Depkes RI Jakarta (1993)
   iv.        Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.
»»  Baca Selengkapnya

Jumat, 30 November 2012

Hepatitis A dan Studi kasus





BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.

Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

DEFINISI HEPATITIS

Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut       ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.           
DEFINISI HEPATITIS A
Berikut beberapa pengertian dari Hepatitis A     :
  1. Penyakit ini di sebabkan oleh hepatitis A virus (HAV).  HAV dapat ditularkan dengan makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi oleh kotoran individu yang terinfeksi.
Wabah bisa terjadi di negara-negara di mana pasokan air tercemar oleh limbah. Pada beberapa Negara, kontaminasi kerang telah menyebabkan wabah besar. Kontak erat dengan individu yang terinfeksi juga dapat menularkan infeksi hepatitis A, ini merupakan perhatian khusus di sekolah tempat anak-anak untuk berhati-hati dan pemberitahuan tentang cara mencuci tangan setelah menggunakan fasilitas toilet sebagai upaya pencegahan. Hal ini tentunya lebih efektif ketimbang harus melakukan pengobatan hepatitis A kepada mereka yang menderita.
  1. Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C) dan dapat sembuh secara spontan tanpa meninggalkan gejala sisa. Penyakit ini bersifat akut, hanya menimbulkan gejala sekitar 1 sampai 2 minggu.
3.    Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

                                          i.    Hepatitis adalah peradangan hati, yang disebabkan oleh virus, obat-obatan dan bahan beracun.

                                        ii.    Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya dibanding hepatitis A.
                                       iii.    Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.

ETIOLOGI HEPATITIS A
Faktor Pencetus
·         kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi.
·         Personal hygiene.
·         MCK
·         Cara Penyimpanan makanan yang tidak baik
Faktor Pendorong
·         zat kimia ( yang paling sering: karbon tetra kloroda, fosfor, kloroform dan senyawa .
·         obat-obatan : isoniazid, halotan, asetaminofen dan antibiotik tertentu, anti metabolik
·         virus RNA dari famili enterovirus

PATOFISIOLOGI HEPATITIS A

Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan, kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang akan dieksresikan bersama feses.  
Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang akanmenekan ductus biliaris sehinngga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk  berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin.  
Akibat bilirubindirek yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu ( produksi sedikit ) sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung,  sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan.

MANIFESTASI  KLINIS
·         bisa ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)
·         bila gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
·         anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat 
·         belakangan dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
·         gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
·         gejala-gejala di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah kemunculan awal )
·         splenomegali dan hepatomegali sering terjadi
·         cenderung bersifat simptomatis
PENATALAKSANAAN
·         tirah baring selama stadium akut
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
·         diet yang bergizi
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan

KOMPLIKASI  HEPATITIS  A
1.         Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
2.            Hepatitis kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
3.            Hepatitis relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
                                          i.    Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
                                        ii.    Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik  dan sirosis

PENGOBATAN HEPATITIS A
·         Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) ada. Pengobatan diberikan secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang mungkin dapat diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin. Pencegahan baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi lebih penting.
·         Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian  farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi atau obat-obatan yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau penghilang demam dan rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin.
·         Tidak ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus hepatitis A (HAV).
·         Rawat Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada keadaan lain yang berat dimana terjadi komplikasi kekurangan cairan akibat muntah yang berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah Sakit.
·         Konsultasi dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.
·         Pada penderita Fulminant hepatitis mungkinperlu dikonsultasikan pada ahli  pencernaan anak atau ahli perawatan intensif.
·         Meskipun obat demam golongan asetaminofen  dapat dengan aman digunakan untuk mengobati beberapa gejala yang berhubungan dengan hepatitis A virus (HAV) infeksi, sebaiknya dosis harus tidak lebih dari 4 gram sehari atau 8 tablet sehari. Pada anak usia 12 tahun jangan lebih 2 gram atau 4 tablet sehari.
·         Untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan dilakukan istirahat yang cukup sehingga memberi kekuatan  bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Pemberian obat anti mual dapat diberikan untuk mencegah rasa mual dan muntah yang berlebihan. Gangguan rasa mual dan muntah itu dapat mengurangi nafsu makan. Hal ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
·         Pada penyakit hepatitis A organ tubuh yang paling terganggu adalah hati atau lever. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.
·         Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat mempengaruhi pasien untuk mengembangkan kambuh hepatitis A.Meskipun sangat jarang tetapi dapat terjadi komplikasi yang sering menyertai infeksi hepatitis A seperti Gagal ginjal akut, nefritis interstisial, pankreatitis, aplasia sel darah merah, agranulositosis, aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara, sindrom Guillain-Barré, arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike, Hepatitis autoimun dan sindrom Sjögren.
·         Kekambuhan infeksi Hepatiotis A terjadi pada sekitar  3-20% penderita. Setelah melewati fase infeksi akut, terjadi fase remisi berlangsung 3-6 minggu. Kekambuhan terjadi setelah periode singkat biasanya lebih 3 minggu dan gejalanya seperti hejala awal meskipun gejalanya lebih ringan ringan.Terdapat laporan kasus seorang pasien dilakukan transplantasi hari karena terjadi kekambuhan dan disertai penyakit lainnya yang tidak membaik dengan pengobatan.

PENCEGAHAN HEPATITIS A
·         Pencegahan Hepatitis A dilakukan dengan cara seperti misalnya dengan menyajikan makanan dan minuman yang higienis, memastikan setiap makanan sudah dimasak dengan betul, pola hidup sehat, mencuci tangan sebelum makan.
·         Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan yang baik dan benar dengan memakai sabun adalah cara sehat dan pencegahan yang paling sederhana dan paling penting. Tetapi sayangnya perilaku hidup sehat yang baik itu belum membudaya di sebagian kelompok masyarakat. Padahal bila dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti penyakit Hepatitis A.  Perilaku dan kebiasaan cuci tangan bila dilakukan dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya dan  pengelolaan air minum yang benar maka dapat lebih meminimalkan tertularnya virus Heptitis A.
·         Kontak dengan penderita atau orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Bagi mereka yang terkena HAV, globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin dan selambat-lambatnya 2 minggu setelah paparan awal.
·         Saat ini sudah tersedia vaksin hepatitis A untuk pencegahan terkena penularan penyakit tersebut. Vaksin dibuat dari virus yang dimatikan dan dapat diberikan pada usia mulai dari 2 tahun.  Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti pengguna menyuntik narkoba ilegal, pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang hygienitas, orang yang tinggal di asrama atau kontak dekat dengan orang lain, anak-anak yang tinggal di masyarakat yang memiliki tingkat tinggi hepatitis,  anak-anak dan pekerja di pusat-pusat penitipan, orang yang melakukan anal oral seks, orang dengan penyakit hati kronis dan mereka yang sering jajan di luar rumah. Orang yang bepergian ke negara-negara berkembang dimana kondisi sanitasi yang buruk harus divaksinasi dua bulan sebelum keberangkatan. Berbagai jenis vaksin hepatitis A di anataranya adalah Avaxim Sanofi Pasteur, Epaxal HAVpur® and VIROHEP-A produksi  Crucell.  Havrix produksi GlaxoSmithKline dan Vaqta buatan Merck. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B dengan vaksin Twinrix.

PENCEGAHAN HEPATITIS A  PADA ANAK

1.    Hindari berbagai obat  atau alat injeksi yang tidak steril.
2.    Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi. Makanlah makanan yang baru disiapkan.
3.    Minum dari botol yang steril (tidak bercampur dengan anak lain).
4.    Sanitasi yang sehat.
5.    Tidak makan makanan non kupas, sayuran mentah atau buah-buahan tanpa dicuci bersih.
6.    Mengajarkan kebersihan pribadi yang baik, terutama mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau mengganti popok.
7.    Untuk menon aktifkan Virus hepatitis A, panaskan makanan pada suhu diatas 85° Celcius selama 1 menit atau menstrerilkan permukaan dengan pengenceran 1:100 pemutih air keran (1 bagian pemutih untuk setiak 100 bagian air)
8.    Hal ini sangat penting yaitu melakukan vaksinasi hepatitis A sebelum melakukan perjalanan ke Eropa Timur, Meksiko dan negara berkembang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Klevens RM, Miller JT, Iqbal K, Thomas A, Rizzo EM, Hanson H, et al. The evolving epidemiology of hepatitis a in the United States: incidence and molecular epidemiology from population-based surveillance, 2005-2007. Arch Intern Med. Nov 8 2010;170(20):1811-8.
Feinstone SM, Kapikian AZ, Purceli RH. Hepatitis A: detection by immune electron microscopy of a viruslike antigen associated with acute illness. Science. Dec 7 1973;182(116):1026-8.
Todd EC, Greig JD, Bartleson CA, Michaels BS. Outbreaks where food workers have been implicated in the spread of foodborne disease. Part 4. Infective doses and pathogen carriage. J Food Prot. Nov 2008;71(11):2339-73.
Wasley A, Grytdal S, Gallagher K. Surveillance for acute viral hepatitis–United States, 2006. MMWR Surveill Summ. Mar 21 2008;57(2):1-24.
Wasley A, Samandari T, Bell BP. Incidence of hepatitis A in the United States in the era of vaccination. JAMA. Jul 13 2005;294(2):194-201.
CDC. Notice to readers: FDA approval of Havrix (hepatitis A vaccine, inactivated) for persons aged 1-18 years. MMWR. December 9, 2005;54(48):1235-1236.
CDC. Notice to readers: FDA approval of VAQTA (hepatitis A vaccine, inactivated) for children aged >1 year. MMWR. October 14, 2005;54(40):1026.
Fiore AE, Wasley A, Bell BP. Prevention of hepatitis A through active or passive immunization: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. May 19 2006;55:1-23.
Ahmed M, Munshi SU, Nessa A, Ullah MS, Tabassum S, Islam MN. High prevalence of hepatitis A virus antibody among Bangladeshi children and young adults warrants pre-immunization screening of antibody in HAV vaccination strategy. Indian J Med Microbiol. Jan-Mar 2009;27(1):48-50.
Hammitt LL, Bulkow L, Hennessy TW, Zanis C, Snowball M, Williams JL, et al. Persistence of antibody to hepatitis A virus 10 years after vaccination among children and adults. J Infect Dis. Dec 15 2008;198(12):1776-82.
Victor JC, Monto AS, Surdina TY, Suleimenova SZ, Vaughan G, Nainan OV, et al. Hepatitis A vaccine versus immune globulin for postexposure prophylaxis. N Engl J Med. Oct 25 2007;357(17):1685-94.


BAB II
LAPORAN KASUS

2.1
Pengkajian
Tanggal Pengkajian
30 Oktober 2012
1.
Identitas Klien
No. MR
:
2001007

Nama / Initial
:
An. I
Ruang Rawat
:
Ruang anak

Umur
:
4 tahun
Tanggal Masuk
:
28 Oktober 2012

Jenis Kelamin
:
Perempuan

Status
:
Belum kawin

Agama
:
Islam                                        

Pekerjaan
:
-

Pendidikan
:
Belum sekolah

Alamat
:
Kamang

DX Medis
:
Hepatitis

Penanggung Jawab

Nama
:
Ny. L

Umur
:
30 Tahun

Hubungan Keluarga
:
Ibu kandung

Pekerjaan
:
Ibu Rumah Tangga


2.
Alasan masuk

Pasien masuk ruang anak kiriman dari IGD dengan keluhan demam lebih kurang dua hari yang lalu, anak mual dan muntah dengan frekuensi 3-4 hari sekali, rewel tidak mau makan
3.
Riwayat Kesehatan

1.
Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluarga mengatakan kalau anaknya demam, badannya terasa panas, mual dan muntah, anak rewel tidak mau makan.

2.
Riwayat Kesehatan dahulu


Keluarga mengatakan kalau lebih kurang 2 tahun yang lalu anaknya juga pernah dirawat di rumah sakit Ahmad Muchtar dengan keluhan yang sama.

3.
Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan kalau anggota keluarganya pernah mengalami penyakit yang dialami klien saat ini.

4.
Data tumbuh kembang

1.
Riwayat kehamilan


Selama hamil tidak ada mengalami kesulitan dan masalah dalam kehamilan, pasien rutin memeriksakan kehamilan ke posyandu.

2.
Riwayat kelahiran dan persalinan


Anak lahir normal dengan berat badan 3 kg, panjang badan 50 cm, lahir cukup bulan dirumah bidan

3.
Riwayat imunisasi


Status imunisasi anak lengkap imunisasi yang di berikan BCG, DPT ( I,II,III), campak, TT, Polio ( I,II,III,IV ) dan hepatitis B.

5.
Pemeriksaan tingkat perkembangan

1.
Perkembangan sosial


Anak dapat beradaptasi dengan teman sekamarnya dan dengan seorang perawat

2.
Perkembangan motorik


Motorik halus
:
Klien mampu merapikan tempat tidur


Motorik Kasar
:
Klien sudah bisa berhitung dan mengenali huruf


Perkembangan koqnitif
:
Klien mampu menyusun mainan seperti bongkar pasang.


Perkembangan bahasa
:
Klien sudah mampu berkomunikasi baik dengan teman sekamar, orang tua , perawat maupun dokter
6.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
:
Sedang

GCS
:
Respon membuka mata   : 4
Respon Verbal                 : 5
Respon Motorik                : 6
                              ------------- +
                                         15 

Tingkat kesadaran
:
Compos Mentis

Tanda Tanda Vital

TD
:
90/60 mmhg

Suhu
:
390C

Pernafasan
:
20 x/i

Nadi
:
110 x/i

TB
:
80 cm

BB/ sehat
:
16 kg

BB/ sakit
:
14 kg


Head toe to

1.
Kepala 


Warna rambut
:
Hitam


Kulit kepala
:
Berminyak dan tidak berketombe


Rambut
:
Pendek dan lurus

2.
Mata


Kelengkapan
:
Lengkap kiri dan kanan


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Palpepra
:
Tidak ada bengkak, palpepra normal


Sclera
:
Ikterik


Konjungtiva
:
Tidak anemis


Pupil
:
Bulat sama besar, bereaksi terhadap cahaya


Penglihatan
:
Normal

3.
Telinga


Kelengkapan
:
Lengkap kiri dan kanan


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Kebersihan
:
Kurang terjaga


Pengeluaran cairan
:
Tidak ada


Tintus
:
Tidak ada


Fungsi pendengaran
:
Baik


Alat bantu yang dipakai
:
Tidak ada memakai alat bantu

4.
Hidung


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Peradangan
:
Tidak ada


Pengeluaran cairan
:
Tidak ada


Cuping hidung
:
Tidak ada cuping hidung


Fungsi penciuman
:
Berfungsi dengan baik

5.
Mulut


Berbau
:
Mulut berbau, aseton, mokosa bibir kering


Gigi
:
Kurang bersih


Lidah
:
Putih


Tonsil
:
Tidak ada peradangan

6.
Leher


Inspeksi
:
Tidak terlihat pembengkakkan, warna simetris kiri dan kanan, tidak ada terdapat lesi, dan tidak ada tanda tanda peradangan


Palpasi
:
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar tiroid


JVP
:
2 cm

7.
Dada


Inspeksi
:
Terlihat simetris kiri dan kanan, tidak terlihat tanda tanda peradangan, pembengkakkan dan pengembangan dada saat inspeksi sama antara kanan dan kiri


Palpasi
:
Ekspansi dada sama tarikannya, traktik premitus pasien dalam kedaan normal.


Perkusi
:
Tidak ada bunyi redup.


Auskultasi
:
Vesikuler

8.
Jantung


Inspeksi
:
Tidak terlihat pembengkakan


Palpasi
:
Tidak ada nyeri tekan


Perkusi
:
Bunyi redup


Auskultasi
:
Iramanya teratur tidak terdengar bunyi tambahan

9.
Abdomen


Inspeksi
:
Tidak ada pembesaran, tidak terdapat lesi


Palpasi
:
Ada nyeri tekan terutama pada sisi kakan bawah tulang rusuk


Perkusi
:
Timpani


Auskultasi

Bising usus 36 x/i normal : 15-30x/i

10.
Genitaurinaria


Kelengkapan
:
Lengkap


Keluhan
:
Tidak ada keluhan


Kebersihan
:
Terjaga ( bersih )

11.
Ekstremitas



Kekuatan Otot
:
5 5 5 5      5 5 5 5
5 5 5 5      5 5 5 5


Ekstremitas atas
:
Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat oedema pada tangan kiriterpasang infuse RL 8  jam/kolf (16 tts/i)


Ekstremitas bawah
:
Turgor kulit elastis, tidak terdapat lesi, warna kulit kuning

13
NERVUS


N  I
:
Fungsi penciuman baik bisa membedakan bau


N  II
:
Ketajaman mata klien baik


N  III
:
Pergerakan mata dan kontraksi pupil normal


N  IV
:
Pergerakan bola mata simetris


N  V
:
Sensasi sentuhan normal


N  VI
:
Pergerakan  bola mata seimbang


N  VII
:
Fungsi motorik pada nervus fasialis baik, lien dapat mengerkan otot wajah


N  VIII
:
Funsi pendengaran baik


N  IX
:
Normal, klien bisa membuka mulutnya


N  X
:
Klien bisa mengucapkan Ah


N  XI
:
Klien bisa mengakat tangan bila diberi tekanan





2.2
Data Biologis

No.
Aktifitas
sehat
sakit

1.
Makanan dan minuman
Makan
-                 Menu
-                 Porsi
-                 Makanan kesukaan
-                 Pantangan
Minum
-                 Jumlah
-                 Minuman Kesukaan
-                 Cairan
-                 Pantangan


Nasi, lauk , sayur
3 x sehari
Sate
Tidak ada pantangan

6 gelas / hari
Minuman dingin, es krim
Tidak ada
Tidak ada


Nasi,  lauk, sayur (MB)
½ porsi
-
Tidak ada pantangan

4 -5 gelas / hari
Air putih
Parental RL 500 cc
Tidak ada

2.
Eliminasi
BAB
-                 Frekuensi
-                 Warna
-                 Bau
-                 Kosistensi
-                 Kesulitan
BAK
-                 Frekuensi
-                 Warna
-                 Bau
-                 Kosistensi
-                 Kesulitan



1 x sehari
Kuning pucat
Khas
Lembek
Tidak ada

3 x /i hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada


1 x/i 3 sehari
Kuning
Khas
Lembek
Tidak ada kesulitan

4 x / hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada

3.
Istirahat dan tidur
-                  Waktu tidur

-                 Lama tidur

-                 Hal yang mempermudah tidur

-                 Kesulitan tidur

Jam 20.00 – 08.00

8 jam / sehari

Tidak ada

Tidak ada

Klien sering terbagun dan menangis pada malam hari
Tak menentu

Tidak ada

Ada

4.
Personal Hygiene
-                 Mandi
-                 Cuci rambut
-                 Gosok gigi
-                 Potong kuku

3 x sehari
2 x / seminggu
Setiap mandi
1 x / seminggu

Tidak ada
Tidak ada
Kumur kumur saja
Tidak ada





2.3
Riwayat alergi

Tidak mempunyai riwayat alergi makanan, begitu juga alergi pada obat- obatan


2.4
Data psikologi

1.
Perilaku verbal
Perilaku verbal klien tampak masih kurang baik karena susah diajak bicara

2.
Perilaku non verbal
Perilaku non verbal klien kurang baik, karena klien selalu memeluk ibunya saat bicara

3.
Keadaan emosi
Kedaan emosi klien kurang stabil karena masih tampak ketakutan

4.
Persepsi klien terhadap penyakit
Klien tidak mengerti terhadap penyakit yang dideritanya, karena klien masih kecil

5.
Konsep diri
Konsep diri klien terlihat baik

6.
Adaptasi
Klien belum bisa berdaptasi dengan lingkungan rumah sakit, klien tampak ketakutan, apabila perawat atau dokter memasuki ruangan.



2.5
Data sosial ekonomi
Klien tergolong keluarga ekonomi menengah ke atas, orang tua klien bekerja sebagai pegawai, hubungan klien dengan keluarga dan orang lain baik


2.6
Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan klinik
:
30 Oktober 2012

HB
:
11,8 %

Leukosit
:
5,4 x 10 3 mm

HT
:
35,7 vol %

Trombosit
:
309.000  mm2




2.7
Data fokus

1.
Data subjektif


1.
Keluarga klien mengatakan kalau panas anaknya tidak turun turun sejak 2 hari lang lalu


2.
Keluarga mengatakan kalau badan anaknya terasa panas


3.
Keluarga klien mangatakan kalau urine anaknya berwarna gelap


4.
Keluarga klien mengatakan kalau anaknya sering menangis sambil memegang perut terutama pada sisi kanan bawah tulang rusuk.


5.
Keluarga mengatakan kalau anaknya mual dan muntah setiap selesai makan


6.
Keluarga mengatakan kalau naknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.


7.
Keluarga mengatakan kalau anaknya sering gelisah dan tidak bisa tidur


8.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak nyaman


9.
Keluarga mengatakan kalau anaknya sering menangis


10.
Keluarga mengatakan kalau anaknya ketakutan


11.
Keluarga mengatakan kalau bibir anaknya tampak kering


12.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak ada mandi selama dirumah sakit


13.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak ada gosok gigi selama dirumah sakit, hanya kumur kumur saja.

2.
Data Objektif


1.
Klien terlihat lemah


2.
Badan klien terasa panas


3.
Kulit dan mata klien tampak kuning


4.
TTV klien  :



TD
:
90/60 mmhg



P
:
20 x/i



N
:
110 x/i



S
:
39 0C



TB
:
80 cm



BB/sakit
:
14 kg



BB/ sehat
:
16 kg


5.
Porsi makan yang dihabiskan hanya ½ porsi


6.
Pada tangan kiri klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)


7.
Mukosa bibir klien tampak kering


8.
Klien tampak rewel dan sering menangis


9.
Klien tampak ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan


10.
Rambut klien tampak berminyak


11.
Klien tampak kotor


12.
Mulut klien berbau


13.
Klien tampak tidak nyaman


14.
Klien tampak gelisah.




2.8
Analisa Data

No.
Data
Masalah
Etilogi

1.
Ds.
1.      Keluarga klien mengatakan kalau demam anaknya tidak turun turun sejak 2 hari yang lalu
2.      Keluraga mengatakan kalau badan anaknya terasa panas
3.      Keluarga klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur
4.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak nyaman.
Do  :
1.      Badan klien terasa panas
2.      Klien tampak rewel dan sering menangis
3.      Klien tampak gelisah
4.      TTV klien
TD    :  90/60 mmhg
P       :  20 x/i
N      :  110 x /i
S       :  39 0C
5.      Pada tangan kiri klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)
6.      Klien tampak tidak nyaman.

Gangguan rasa nyaman

Peningkatan suhu tubuh

2.
Ds  :
1.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.
2.      Keluarga mengatakan kalau anaknya selalu mual dan muntah setiap selesai makan
3.      Keluarga mengatakan kalau bibir anaknya tampak kering
Do  :
1.      Klien hanya menghabiskan makan ½ porsi
2.      Klien tampak lemah
3.      Mukosa bibir klien tampak kering
4.      BB/sehat  : 16 kg
BB/sakit   : 17 kg


Perubahan nutris kurang dari kebutuhan tubuh

Intake yang tidak ada akurat

3.
Ds  :
1.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tampak ketakutan.
2.      Keluarga mengatakan kalau anaknya sering manangis.
3.      Keluarga mengatakan kalau anaknya rewel.
4.      Keluarga klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur.
Do.  :
1.      TTV klien
TD    :  90/60 mmhg
P       :  20 x/i
N      :  110 x /i
S       :  39 0C
2.      Klien tampak rewel.
3.      Klien sering menangis.
4.      Klien tampak gelisah.
5.      Klien tampak ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan.


Cemas pada anak

Therapy hospitalisasi
»»  Baca Selengkapnya