BAB
I
LAPORAN PENDAHULUAN
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus
A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut.
(Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas,
setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata
tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih
dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18
juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis
dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan
sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup
agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara
khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui
vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan,
pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan
benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko
komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari
seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
DEFINISI HEPATITIS
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang
ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus
Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya
melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual
atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air
yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak
penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan
gejala terserang penyakit Hepatitis A.
DEFINISI HEPATITIS A
Berikut
beberapa pengertian dari Hepatitis A :
- Penyakit ini di sebabkan oleh hepatitis A virus (HAV). HAV dapat ditularkan dengan makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi oleh kotoran individu yang terinfeksi.
Wabah bisa terjadi di negara-negara di mana pasokan
air tercemar oleh limbah. Pada beberapa Negara, kontaminasi kerang telah
menyebabkan wabah besar. Kontak erat dengan individu yang terinfeksi juga dapat
menularkan infeksi hepatitis A, ini merupakan perhatian khusus di sekolah
tempat anak-anak untuk berhati-hati dan pemberitahuan tentang cara mencuci
tangan setelah menggunakan fasilitas toilet sebagai upaya pencegahan. Hal ini
tentunya lebih efektif ketimbang harus melakukan pengobatan
hepatitis A kepada mereka yang menderita.
- Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C) dan dapat sembuh secara spontan tanpa meninggalkan gejala sisa. Penyakit ini bersifat akut, hanya menimbulkan gejala sekitar 1 sampai 2 minggu.
3. Hepatitis A adalah golongan
penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus
hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi,
bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau
kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia
penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa
inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita
menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
i. Hepatitis adalah
peradangan hati, yang disebabkan oleh virus, obat-obatan dan bahan beracun.
ii. Penyakit
hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis
A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A
paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C
disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya
dibanding hepatitis A.
iii. Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam,
diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang
sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal
terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis
A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan
buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang.
Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
ETIOLOGI HEPATITIS A
Faktor Pencetus
·
kotoran/tinja penderita yang
penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi.
·
Personal hygiene.
·
MCK
·
Cara Penyimpanan makanan
yang tidak baik
Faktor Pendorong
·
zat
kimia ( yang paling sering: karbon tetra kloroda, fosfor, kloroform dan senyawa
.
·
obat-obatan
: isoniazid, halotan, asetaminofen dan antibiotik tertentu, anti metabolik
·
virus
RNA dari famili enterovirus
PATOFISIOLOGI HEPATITIS A
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran
pencernaan, kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu
menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi
yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar
dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang
akan dieksresikan bersama feses.
Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang
akanmenekan ductus biliaris sehinngga aliran bilirubin direk terhambat,
kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan
ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga
bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk
dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas)
ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit
terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh
pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat
masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin.
Akibat bilirubindirek yang kurang dalam usus
mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu ( produksi sedikit ) sehingga
proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu
yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung, sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf
parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula
oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu
makan.
MANIFESTASI KLINIS
·
bisa
ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)
·
bila
gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti
flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
·
anoreksia
merupakan gejala dini dan biasanya berat
·
belakangan
dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
·
gejala
dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa nyeri
epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
·
gejala-gejala
di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah kemunculan awal )
·
splenomegali
dan hepatomegali sering terjadi
·
cenderung
bersifat simptomatis
PENATALAKSANAAN
·
tirah
baring selama stadium akut
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
·
diet
yang bergizi
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan
KOMPLIKASI HEPATITIS
A
1. Hepatitis Fulminan
1. Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel
hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini
ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat
cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
2.
Hepatitis
kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
3.
Hepatitis
relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
i. Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
ii. Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis
PENGOBATAN HEPATITIS A
·
Tidak
ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) ada. Pengobatan diberikan
secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang mungkin dapat
diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin. Pencegahan
baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi lebih penting.
·
Tidak
ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri
biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian farmakoterapi adalah untuk
mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi atau obat-obatan
yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau penghilang demam dan
rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin.
·
Tidak
ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat
pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus
hepatitis A (HAV).
·
Rawat
Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan karena muntah
atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada keadaan lain yang berat
dimana terjadi komplikasi kekurangan cairan akibat muntah yang berlebihan dan
terus menerus sehingga terjadi komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit
disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah Sakit.
·
Konsultasi
dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.
·
Pada
penderita Fulminant hepatitis mungkinperlu dikonsultasikan pada ahli
pencernaan anak atau ahli perawatan intensif.
·
Meskipun
obat demam golongan asetaminofen dapat dengan aman digunakan untuk
mengobati beberapa gejala yang berhubungan dengan hepatitis A virus (HAV)
infeksi, sebaiknya dosis harus tidak lebih dari 4 gram sehari atau 8 tablet
sehari. Pada anak usia 12 tahun jangan lebih 2 gram atau 4 tablet sehari.
·
Untuk
mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan
dilakukan istirahat yang cukup sehingga memberi kekuatan bagi sistem
kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Pemberian obat anti mual dapat
diberikan untuk mencegah rasa mual dan muntah yang berlebihan. Gangguan rasa
mual dan muntah itu dapat mengurangi nafsu makan. Hal ini harus diatasi karena
asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
·
Pada
penyakit hepatitis A organ tubuh yang paling terganggu adalah hati atau lever.
Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh.
Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu
serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.
·
Beberapa
peneliti percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat mempengaruhi pasien
untuk mengembangkan kambuh hepatitis A.Meskipun sangat jarang tetapi dapat
terjadi komplikasi yang sering menyertai infeksi hepatitis A seperti Gagal
ginjal akut, nefritis interstisial, pankreatitis, aplasia sel darah merah,
agranulositosis, aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara, sindrom Guillain-Barré,
arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike, Hepatitis autoimun dan
sindrom Sjögren.
·
Kekambuhan
infeksi Hepatiotis A terjadi pada sekitar 3-20% penderita. Setelah
melewati fase infeksi akut, terjadi fase remisi berlangsung 3-6 minggu.
Kekambuhan terjadi setelah periode singkat biasanya lebih 3 minggu dan
gejalanya seperti hejala awal meskipun gejalanya lebih ringan ringan.Terdapat
laporan kasus seorang pasien dilakukan transplantasi hari karena terjadi
kekambuhan dan disertai penyakit lainnya yang tidak membaik dengan pengobatan.
PENCEGAHAN HEPATITIS A
·
Pencegahan Hepatitis A
dilakukan dengan cara seperti misalnya dengan menyajikan makanan dan minuman
yang higienis, memastikan setiap makanan sudah dimasak dengan betul, pola hidup
sehat, mencuci tangan sebelum makan.
·
Menjaga kebersihan
perorangan seperti mencuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan yang baik
dan benar dengan memakai sabun adalah cara sehat dan pencegahan yang paling
sederhana dan paling penting. Tetapi sayangnya perilaku hidup sehat yang baik
itu belum membudaya di sebagian kelompok masyarakat. Padahal bila dilakukan
dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti penyakit Hepatitis
A. Perilaku dan kebiasaan cuci tangan bila dilakukan dengan kegiatan lain
misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya dan
pengelolaan air minum yang benar maka dapat lebih meminimalkan tertularnya
virus Heptitis A.
·
Kontak dengan penderita atau
orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Bagi
mereka yang terkena HAV, globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin
dan selambat-lambatnya 2 minggu setelah paparan awal.
·
Saat ini sudah tersedia
vaksin hepatitis A untuk pencegahan terkena penularan penyakit tersebut. Vaksin
dibuat dari virus yang dimatikan dan dapat diberikan pada usia mulai dari 2
tahun. Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar
dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A
dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti pengguna menyuntik
narkoba ilegal, pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang
hygienitas, orang yang tinggal di asrama atau kontak dekat dengan orang lain,
anak-anak yang tinggal di masyarakat yang memiliki tingkat tinggi
hepatitis, anak-anak dan pekerja di pusat-pusat penitipan, orang yang
melakukan anal oral seks, orang dengan penyakit hati kronis dan mereka yang
sering jajan di luar rumah. Orang yang bepergian ke negara-negara berkembang
dimana kondisi sanitasi yang buruk harus divaksinasi dua bulan sebelum
keberangkatan. Berbagai jenis vaksin hepatitis A di anataranya adalah Avaxim
Sanofi Pasteur, Epaxal HAVpur® and VIROHEP-A produksi Crucell.
Havrix produksi GlaxoSmithKline dan Vaqta buatan Merck. Imunisasi hepatitis A
bisa dilakukan dalam bentuk sendiri atau bentuk kombinasi dengan vaksin
hepatitis B dengan vaksin Twinrix.
PENCEGAHAN HEPATITIS A PADA ANAK
1.
Hindari
berbagai obat atau alat injeksi yang tidak steril.
2.
Hindari
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Makanlah makanan yang baru disiapkan.
3.
Minum
dari botol yang steril (tidak bercampur dengan anak lain).
4.
Sanitasi
yang sehat.
5.
Tidak
makan makanan non kupas, sayuran mentah atau buah-buahan tanpa dicuci bersih.
6.
Mengajarkan
kebersihan pribadi yang baik, terutama mencuci tangan setelah menggunakan
toilet atau mengganti popok.
7.
Untuk
menon aktifkan Virus hepatitis A, panaskan makanan pada suhu diatas
85° Celcius selama 1 menit atau menstrerilkan permukaan dengan pengenceran
1:100 pemutih air keran (1 bagian pemutih untuk setiak 100 bagian air)
8.
Hal
ini sangat penting yaitu melakukan vaksinasi hepatitis A sebelum melakukan
perjalanan ke Eropa Timur, Meksiko dan negara berkembang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Klevens RM, Miller
JT, Iqbal K, Thomas A, Rizzo EM, Hanson H, et al. The evolving epidemiology of
hepatitis a in the United States: incidence and molecular epidemiology from
population-based surveillance, 2005-2007. Arch Intern Med. Nov 8
2010;170(20):1811-8.
Feinstone SM,
Kapikian AZ, Purceli RH. Hepatitis A: detection by immune electron microscopy
of a viruslike antigen associated with acute illness. Science. Dec
7 1973;182(116):1026-8.
Todd EC, Greig JD, Bartleson
CA, Michaels BS. Outbreaks where food workers have been implicated in the
spread of foodborne disease. Part 4. Infective doses and pathogen
carriage. J Food Prot. Nov 2008;71(11):2339-73.
Wasley A, Grytdal S,
Gallagher K. Surveillance for acute viral hepatitis–United States, 2006. MMWR
Surveill Summ. Mar 21 2008;57(2):1-24.
Wasley A, Samandari
T, Bell BP. Incidence of hepatitis A in the United States in the era of
vaccination. JAMA. Jul 13 2005;294(2):194-201.
CDC. Notice to
readers: FDA approval of Havrix (hepatitis A vaccine, inactivated) for persons
aged 1-18 years. MMWR. December 9, 2005;54(48):1235-1236.
CDC. Notice to
readers: FDA approval of VAQTA (hepatitis A vaccine, inactivated) for children
aged >1 year. MMWR. October 14, 2005;54(40):1026.
Fiore AE, Wasley A,
Bell BP. Prevention of hepatitis A through active or passive immunization:
recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices
(ACIP). MMWR Recomm Rep. May 19 2006;55:1-23.
Ahmed M, Munshi SU,
Nessa A, Ullah MS, Tabassum S, Islam MN. High prevalence of hepatitis A virus
antibody among Bangladeshi children and young adults warrants pre-immunization
screening of antibody in HAV vaccination strategy. Indian J Med
Microbiol. Jan-Mar 2009;27(1):48-50.
Hammitt LL, Bulkow L,
Hennessy TW, Zanis C, Snowball M, Williams JL, et al. Persistence of antibody
to hepatitis A virus 10 years after vaccination among children and
adults. J Infect Dis. Dec 15 2008;198(12):1776-82.
Victor JC, Monto AS,
Surdina TY, Suleimenova SZ, Vaughan G, Nainan OV, et al. Hepatitis A vaccine
versus immune globulin for postexposure prophylaxis. N Engl J Med.
Oct 25 2007;357(17):1685-94.
BAB
II
LAPORAN KASUS
2.1
|
Pengkajian
|
||||||||||||
Tanggal Pengkajian
|
30 Oktober 2012
|
||||||||||||
1.
|
Identitas Klien
|
No. MR
|
:
|
2001007
|
|||||||||
|
Nama / Initial
|
:
|
An. I
|
Ruang Rawat
|
:
|
Ruang anak
|
|||||||
|
Umur
|
:
|
4 tahun
|
Tanggal Masuk
|
:
|
28 Oktober 2012
|
|||||||
|
Jenis Kelamin
|
:
|
Perempuan
|
||||||||||
|
Status
|
:
|
Belum kawin
|
||||||||||
|
Agama
|
:
|
Islam
|
||||||||||
|
Pekerjaan
|
:
|
-
|
||||||||||
|
Pendidikan
|
:
|
Belum sekolah
|
||||||||||
|
Alamat
|
:
|
Kamang
|
||||||||||
|
DX Medis
|
:
|
Hepatitis
|
||||||||||
|
Penanggung Jawab
|
||||||||||||
|
Nama
|
:
|
Ny. L
|
||||||||||
|
Umur
|
:
|
30 Tahun
|
||||||||||
|
Hubungan Keluarga
|
:
|
Ibu kandung
|
||||||||||
|
Pekerjaan
|
:
|
Ibu Rumah Tangga
|
||||||||||
|
|
||||||||||||
2.
|
Alasan masuk
|
||||||||||||
|
Pasien masuk ruang anak kiriman dari IGD dengan keluhan demam lebih
kurang dua hari yang lalu, anak mual dan muntah dengan frekuensi 3-4 hari
sekali, rewel tidak mau makan
|
||||||||||||
3.
|
Riwayat Kesehatan
|
||||||||||||
|
1.
|
Riwayat Kesehatan
Sekarang
|
|||||||||||
|
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya demam, badannya terasa panas, mual dan muntah, anak rewel tidak
mau makan.
|
|||||||||||
|
2.
|
Riwayat Kesehatan
dahulu
|
|||||||||||
|
|
Keluarga mengatakan
kalau lebih kurang 2 tahun yang lalu anaknya juga pernah dirawat di rumah
sakit Ahmad Muchtar dengan keluhan yang sama.
|
|||||||||||
|
3.
|
Riwayat kesehatan
keluarga
|
|||||||||||
|
|
Keluarga mengatakan
kalau anggota keluarganya pernah mengalami penyakit yang dialami klien saat ini.
|
|||||||||||
4.
|
Data tumbuh kembang
|
||||||||||||
|
1.
|
Riwayat kehamilan
|
|||||||||||
|
|
Selama hamil tidak
ada mengalami kesulitan dan masalah dalam kehamilan, pasien rutin
memeriksakan kehamilan ke posyandu.
|
|||||||||||
|
2.
|
Riwayat kelahiran
dan persalinan
|
|||||||||||
|
|
Anak lahir normal
dengan berat badan 3 kg, panjang badan 50 cm, lahir cukup bulan dirumah bidan
|
|||||||||||
|
3.
|
Riwayat imunisasi
|
|||||||||||
|
|
Status imunisasi
anak lengkap imunisasi yang di berikan BCG, DPT ( I,II,III), campak, TT,
Polio ( I,II,III,IV ) dan hepatitis B.
|
|||||||||||
5.
|
Pemeriksaan tingkat perkembangan
|
||||||||||||
|
1.
|
Perkembangan sosial
|
|||||||||||
|
|
Anak dapat
beradaptasi dengan teman sekamarnya dan dengan seorang perawat
|
|||||||||||
|
2.
|
Perkembangan
motorik
|
|||||||||||
|
|
Motorik halus
|
:
|
Klien mampu
merapikan tempat tidur
|
|||||||||
|
|
Motorik Kasar
|
:
|
Klien sudah bisa
berhitung dan mengenali huruf
|
|||||||||
|
|
Perkembangan
koqnitif
|
:
|
Klien mampu
menyusun mainan seperti bongkar pasang.
|
|||||||||
|
|
Perkembangan bahasa
|
:
|
Klien sudah mampu berkomunikasi baik dengan teman sekamar, orang tua ,
perawat maupun dokter
|
|||||||||
6.
|
Pemeriksaan fisik
|
||||||||||||
|
Keadaan umum
|
:
|
Sedang
|
||||||||||
|
GCS
|
:
|
Respon membuka mata
: 4
Respon Verbal : 5
Respon Motorik : 6
------------- +
15
|
||||||||||
|
Tingkat kesadaran
|
:
|
Compos Mentis
|
||||||||||
|
Tanda Tanda Vital
|
||||||||||||
|
TD
|
:
|
90/60 mmhg
|
||||||||||
|
Suhu
|
:
|
390C
|
||||||||||
|
Pernafasan
|
:
|
20 x/i
|
||||||||||
|
Nadi
|
:
|
110 x/i
|
||||||||||
|
TB
|
:
|
80 cm
|
||||||||||
|
BB/ sehat
|
:
|
16 kg
|
||||||||||
|
BB/ sakit
|
:
|
14 kg
|
||||||||||
|
Head toe to
|
||||||||||||
|
1.
|
Kepala
|
|||||||||||
|
|
Warna rambut
|
:
|
Hitam
|
|||||||||
|
|
Kulit kepala
|
:
|
Berminyak dan tidak
berketombe
|
|||||||||
|
|
Rambut
|
:
|
Pendek dan lurus
|
|||||||||
|
2.
|
Mata
|
|||||||||||
|
|
Kelengkapan
|
:
|
Lengkap kiri dan
kanan
|
|||||||||
|
|
Simetris
|
:
|
Simetris kiri dan
kanan
|
|||||||||
|
|
Palpepra
|
:
|
Tidak ada bengkak,
palpepra normal
|
|||||||||
|
|
Sclera
|
:
|
Ikterik
|
|||||||||
|
|
Konjungtiva
|
:
|
Tidak anemis
|
|||||||||
|
|
Pupil
|
:
|
Bulat sama besar,
bereaksi terhadap cahaya
|
|||||||||
|
|
Penglihatan
|
:
|
Normal
|
|||||||||
|
3.
|
Telinga
|
|||||||||||
|
|
Kelengkapan
|
:
|
Lengkap kiri dan
kanan
|
|||||||||
|
|
Simetris
|
:
|
Simetris kiri dan
kanan
|
|||||||||
|
|
Kebersihan
|
:
|
Kurang terjaga
|
|||||||||
|
|
Pengeluaran cairan
|
:
|
Tidak ada
|
|||||||||
|
|
Tintus
|
:
|
Tidak ada
|
|||||||||
|
|
Fungsi pendengaran
|
:
|
Baik
|
|||||||||
|
|
Alat bantu yang
dipakai
|
:
|
Tidak ada memakai
alat bantu
|
|||||||||
|
4.
|
Hidung
|
|||||||||||
|
|
Simetris
|
:
|
Simetris kiri dan
kanan
|
|||||||||
|
|
Peradangan
|
:
|
Tidak ada
|
|||||||||
|
|
Pengeluaran cairan
|
:
|
Tidak ada
|
|||||||||
|
|
Cuping hidung
|
:
|
Tidak ada cuping
hidung
|
|||||||||
|
|
Fungsi penciuman
|
:
|
Berfungsi dengan
baik
|
|||||||||
|
5.
|
Mulut
|
|||||||||||
|
|
Berbau
|
:
|
Mulut berbau,
aseton, mokosa bibir kering
|
|||||||||
|
|
Gigi
|
:
|
Kurang bersih
|
|||||||||
|
|
Lidah
|
:
|
Putih
|
|||||||||
|
|
Tonsil
|
:
|
Tidak ada
peradangan
|
|||||||||
|
6.
|
Leher
|
|||||||||||
|
|
Inspeksi
|
:
|
Tidak terlihat
pembengkakkan, warna simetris kiri dan kanan, tidak ada terdapat lesi, dan
tidak ada tanda tanda peradangan
|
|||||||||
|
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada
pembesaran pada kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar tiroid
|
|||||||||
|
|
JVP
|
:
|
2 cm
|
|||||||||
|
7.
|
Dada
|
|||||||||||
|
|
Inspeksi
|
:
|
Terlihat simetris
kiri dan kanan, tidak terlihat tanda tanda peradangan, pembengkakkan dan
pengembangan dada saat inspeksi sama antara kanan dan kiri
|
|||||||||
|
|
Palpasi
|
:
|
Ekspansi dada sama
tarikannya, traktik premitus pasien dalam kedaan normal.
|
|||||||||
|
|
Perkusi
|
:
|
Tidak ada bunyi
redup.
|
|||||||||
|
|
Auskultasi
|
:
|
Vesikuler
|
|||||||||
|
8.
|
Jantung
|
|||||||||||
|
|
Inspeksi
|
:
|
Tidak terlihat
pembengkakan
|
|||||||||
|
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada nyeri
tekan
|
|||||||||
|
|
Perkusi
|
:
|
Bunyi redup
|
|||||||||
|
|
Auskultasi
|
:
|
Iramanya teratur
tidak terdengar bunyi tambahan
|
|||||||||
|
9.
|
Abdomen
|
|||||||||||
|
|
Inspeksi
|
:
|
Tidak ada
pembesaran, tidak terdapat lesi
|
|||||||||
|
|
Palpasi
|
:
|
Ada nyeri tekan
terutama pada sisi kakan bawah tulang rusuk
|
|||||||||
|
|
Perkusi
|
:
|
Timpani
|
|||||||||
|
|
Auskultasi
|
|
Bising usus 36 x/i
normal : 15-30x/i
|
|||||||||
|
10.
|
Genitaurinaria
|
|||||||||||
|
|
Kelengkapan
|
:
|
Lengkap
|
|||||||||
|
|
Keluhan
|
:
|
Tidak ada keluhan
|
|||||||||
|
|
Kebersihan
|
:
|
Terjaga ( bersih )
|
|||||||||
|
11.
|
Ekstremitas
|
|||||||||||
|
|
Kekuatan Otot
|
:
|
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
|
|||||||||
|
|
Ekstremitas atas
|
:
|
Simetris kiri dan
kanan, tidak terdapat oedema pada tangan kiriterpasang infuse RL 8 jam/kolf (16 tts/i)
|
|||||||||
|
|
Ekstremitas bawah
|
:
|
Turgor kulit
elastis, tidak terdapat lesi, warna kulit kuning
|
|||||||||
|
13
|
NERVUS
|
|||||||||||
|
|
N I
|
:
|
Fungsi penciuman baik
bisa membedakan bau
|
|||||||||
|
|
N II
|
:
|
Ketajaman mata klien
baik
|
|||||||||
|
|
N III
|
:
|
Pergerakan mata dan
kontraksi pupil normal
|
|||||||||
|
|
N IV
|
:
|
Pergerakan bola
mata simetris
|
|||||||||
|
|
N V
|
:
|
Sensasi sentuhan
normal
|
|||||||||
|
|
N VI
|
:
|
Pergerakan bola mata seimbang
|
|||||||||
|
|
N VII
|
:
|
Fungsi motorik pada
nervus fasialis baik, lien dapat mengerkan otot wajah
|
|||||||||
|
|
N VIII
|
:
|
Funsi pendengaran
baik
|
|||||||||
|
|
N IX
|
:
|
Normal, klien bisa
membuka mulutnya
|
|||||||||
|
|
N X
|
:
|
Klien bisa
mengucapkan Ah
|
|||||||||
|
|
N XI
|
:
|
Klien bisa mengakat
tangan bila diberi tekanan
|
|||||||||
|
|||||||||||||
2.2
|
Data Biologis
|
||||||||||||
|
No.
|
Aktifitas
|
sehat
|
sakit
|
|||||||||
|
1.
|
Makanan dan minuman
Makan
-
Menu
-
Porsi
-
Makanan
kesukaan
-
Pantangan
Minum
-
Jumlah
-
Minuman
Kesukaan
-
Cairan
-
Pantangan
|
Nasi, lauk , sayur
3 x sehari
Sate
Tidak ada pantangan
6 gelas / hari
Minuman dingin, es
krim
Tidak ada
Tidak ada
|
Nasi, lauk, sayur (MB)
½ porsi
-
Tidak ada pantangan
4 -5 gelas / hari
Air putih
Parental RL 500 cc
Tidak ada
|
|||||||||
|
2.
|
Eliminasi
BAB
-
Frekuensi
-
Warna
-
Bau
-
Kosistensi
-
Kesulitan
BAK
-
Frekuensi
-
Warna
-
Bau
-
Kosistensi
-
Kesulitan
|
1 x sehari
Kuning pucat
Khas
Lembek
Tidak ada
3 x /i hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada
|
1 x/i 3 sehari
Kuning
Khas
Lembek
Tidak ada kesulitan
4 x / hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada
|
|||||||||
|
3.
|
Istirahat dan tidur
-
Waktu
tidur
-
Lama
tidur
-
Hal
yang mempermudah tidur
-
Kesulitan
tidur
|
Jam 20.00 – 08.00
8 jam / sehari
Tidak ada
Tidak ada
|
Klien sering
terbagun dan menangis pada malam hari
Tak menentu
Tidak ada
Ada
|
|||||||||
|
4.
|
Personal Hygiene
-
Mandi
-
Cuci
rambut
-
Gosok
gigi
-
Potong
kuku
|
3 x sehari
2 x / seminggu
Setiap mandi
1 x / seminggu
|
Tidak ada
Tidak ada
Kumur kumur saja
Tidak ada
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||
2.3
|
Riwayat alergi
|
||||||||||||
|
Tidak mempunyai
riwayat alergi makanan, begitu juga alergi pada obat- obatan
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
2.4
|
Data psikologi
|
||||||||||||
|
1.
|
Perilaku verbal
Perilaku verbal
klien tampak masih kurang baik karena susah diajak bicara
|
|||||||||||
|
2.
|
Perilaku non verbal
Perilaku non verbal
klien kurang baik, karena klien selalu memeluk ibunya saat bicara
|
|||||||||||
|
3.
|
Keadaan emosi
Kedaan emosi klien
kurang stabil karena masih tampak ketakutan
|
|||||||||||
|
4.
|
Persepsi klien
terhadap penyakit
Klien tidak
mengerti terhadap penyakit yang dideritanya, karena klien masih kecil
|
|||||||||||
|
5.
|
Konsep diri
Konsep diri klien
terlihat baik
|
|||||||||||
|
6.
|
Adaptasi
Klien belum bisa
berdaptasi dengan lingkungan rumah sakit, klien tampak ketakutan, apabila
perawat atau dokter memasuki ruangan.
|
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||
2.5
|
Data sosial ekonomi
Klien tergolong
keluarga ekonomi menengah ke atas, orang tua klien bekerja sebagai pegawai,
hubungan klien dengan keluarga dan orang lain baik
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
2.6
|
Pemeriksaan penunjang
|
||||||||||||
|
Pemerikasaan klinik
|
:
|
30 Oktober 2012
|
||||||||||
|
HB
|
:
|
11,8 %
|
||||||||||
|
Leukosit
|
:
|
5,4 x 10 3
mm
|
||||||||||
|
HT
|
:
|
35,7 vol %
|
||||||||||
|
Trombosit
|
:
|
309.000 mm2
|
||||||||||
|
|
|
|
||||||||||
2.7
|
Data fokus
|
||||||||||||
|
1.
|
Data subjektif
|
|||||||||||
|
|
1.
|
Keluarga klien
mengatakan kalau panas anaknya tidak turun turun sejak 2 hari lang lalu
|
||||||||||
|
|
2.
|
Keluarga mengatakan
kalau badan anaknya terasa panas
|
||||||||||
|
|
3.
|
Keluarga klien
mangatakan kalau urine anaknya berwarna gelap
|
||||||||||
|
|
4.
|
Keluarga klien
mengatakan kalau anaknya sering menangis sambil memegang perut terutama pada
sisi kanan bawah tulang rusuk.
|
||||||||||
|
|
5.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya mual dan muntah setiap selesai makan
|
||||||||||
|
|
6.
|
Keluarga mengatakan
kalau naknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.
|
||||||||||
|
|
7.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya sering gelisah dan tidak bisa tidur
|
||||||||||
|
|
8.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya tidak nyaman
|
||||||||||
|
|
9.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya sering menangis
|
||||||||||
|
|
10.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya ketakutan
|
||||||||||
|
|
11.
|
Keluarga mengatakan
kalau bibir anaknya tampak kering
|
||||||||||
|
|
12.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya tidak ada mandi selama dirumah sakit
|
||||||||||
|
|
13.
|
Keluarga mengatakan
kalau anaknya tidak ada gosok gigi selama dirumah sakit, hanya kumur kumur
saja.
|
||||||||||
|
2.
|
Data Objektif
|
|||||||||||
|
|
1.
|
Klien terlihat
lemah
|
||||||||||
|
|
2.
|
Badan klien terasa
panas
|
||||||||||
|
|
3.
|
Kulit dan mata
klien tampak kuning
|
||||||||||
|
|
4.
|
TTV klien :
|
||||||||||
|
|
|
TD
|
:
|
90/60 mmhg
|
||||||||
|
|
|
P
|
:
|
20 x/i
|
||||||||
|
|
|
N
|
:
|
110 x/i
|
||||||||
|
|
|
S
|
:
|
39 0C
|
||||||||
|
|
|
TB
|
:
|
80 cm
|
||||||||
|
|
|
BB/sakit
|
:
|
14 kg
|
||||||||
|
|
|
BB/ sehat
|
:
|
16 kg
|
||||||||
|
|
5.
|
Porsi makan yang
dihabiskan hanya ½ porsi
|
||||||||||
|
|
6.
|
Pada tangan kiri
klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)
|
||||||||||
|
|
7.
|
Mukosa bibir klien
tampak kering
|
||||||||||
|
|
8.
|
Klien tampak rewel
dan sering menangis
|
||||||||||
|
|
9.
|
Klien tampak
ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan
|
||||||||||
|
|
10.
|
Rambut klien tampak
berminyak
|
||||||||||
|
|
11.
|
Klien tampak kotor
|
||||||||||
|
|
12.
|
Mulut klien berbau
|
||||||||||
|
|
13.
|
Klien tampak tidak
nyaman
|
||||||||||
|
|
14.
|
Klien tampak
gelisah.
|
||||||||||
|
|
|
|
||||||||||
2.8
|
Analisa Data
|
||||||||||||
|
No.
|
Data
|
Masalah
|
Etilogi
|
|||||||||
|
1.
|
Ds.
1.
Keluarga
klien mengatakan kalau demam anaknya tidak turun turun sejak 2 hari yang lalu
2.
Keluraga
mengatakan kalau badan anaknya terasa panas
3.
Keluarga
klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur
4.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya tidak nyaman.
Do :
1.
Badan
klien terasa panas
2.
Klien
tampak rewel dan sering menangis
3.
Klien
tampak gelisah
4.
TTV
klien
TD : 90/60 mmhg
P : 20 x/i
N : 110 x /i
S : 39 0C
5.
Pada
tangan kiri klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)
6.
Klien
tampak tidak nyaman.
|
Gangguan rasa
nyaman
|
Peningkatan suhu
tubuh
|
|||||||||
|
2.
|
Ds :
1.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.
2.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya selalu mual dan muntah setiap selesai makan
3.
Keluarga
mengatakan kalau bibir anaknya tampak kering
Do :
1.
Klien
hanya menghabiskan makan ½ porsi
2.
Klien
tampak lemah
3.
Mukosa
bibir klien tampak kering
4.
BB/sehat : 16 kg
BB/sakit :
17 kg
|
Perubahan nutris
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Intake yang tidak
ada akurat
|
|||||||||
|
3.
|
Ds :
1.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya tampak ketakutan.
2.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya sering manangis.
3.
Keluarga
mengatakan kalau anaknya rewel.
4.
Keluarga
klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur.
Do. :
1.
TTV
klien
TD : 90/60 mmhg
P : 20 x/i
N : 110 x /i
S : 39 0C
2.
Klien
tampak rewel.
3.
Klien
sering menangis.
4.
Klien
tampak gelisah.
5.
Klien
tampak ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan.
|
Cemas pada anak
|
Therapy hospitalisasi
|