Jumat, 30 November 2012

Hepatitis A dan Studi kasus





BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.

Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

DEFINISI HEPATITIS

Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut       ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.           
DEFINISI HEPATITIS A
Berikut beberapa pengertian dari Hepatitis A     :
  1. Penyakit ini di sebabkan oleh hepatitis A virus (HAV).  HAV dapat ditularkan dengan makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi oleh kotoran individu yang terinfeksi.
Wabah bisa terjadi di negara-negara di mana pasokan air tercemar oleh limbah. Pada beberapa Negara, kontaminasi kerang telah menyebabkan wabah besar. Kontak erat dengan individu yang terinfeksi juga dapat menularkan infeksi hepatitis A, ini merupakan perhatian khusus di sekolah tempat anak-anak untuk berhati-hati dan pemberitahuan tentang cara mencuci tangan setelah menggunakan fasilitas toilet sebagai upaya pencegahan. Hal ini tentunya lebih efektif ketimbang harus melakukan pengobatan hepatitis A kepada mereka yang menderita.
  1. Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C) dan dapat sembuh secara spontan tanpa meninggalkan gejala sisa. Penyakit ini bersifat akut, hanya menimbulkan gejala sekitar 1 sampai 2 minggu.
3.    Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

                                          i.    Hepatitis adalah peradangan hati, yang disebabkan oleh virus, obat-obatan dan bahan beracun.

                                        ii.    Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya dibanding hepatitis A.
                                       iii.    Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.

ETIOLOGI HEPATITIS A
Faktor Pencetus
·         kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi.
·         Personal hygiene.
·         MCK
·         Cara Penyimpanan makanan yang tidak baik
Faktor Pendorong
·         zat kimia ( yang paling sering: karbon tetra kloroda, fosfor, kloroform dan senyawa .
·         obat-obatan : isoniazid, halotan, asetaminofen dan antibiotik tertentu, anti metabolik
·         virus RNA dari famili enterovirus

PATOFISIOLOGI HEPATITIS A

Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan, kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang akan dieksresikan bersama feses.  
Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang akanmenekan ductus biliaris sehinngga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk  berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin.  
Akibat bilirubindirek yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu ( produksi sedikit ) sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung,  sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan.

MANIFESTASI  KLINIS
·         bisa ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)
·         bila gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
·         anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat 
·         belakangan dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
·         gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
·         gejala-gejala di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah kemunculan awal )
·         splenomegali dan hepatomegali sering terjadi
·         cenderung bersifat simptomatis
PENATALAKSANAAN
·         tirah baring selama stadium akut
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
·         diet yang bergizi
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan

KOMPLIKASI  HEPATITIS  A
1.         Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
2.            Hepatitis kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
3.            Hepatitis relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
                                          i.    Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
                                        ii.    Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik  dan sirosis

PENGOBATAN HEPATITIS A
·         Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) ada. Pengobatan diberikan secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang mungkin dapat diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin. Pencegahan baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi lebih penting.
·         Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian  farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi atau obat-obatan yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau penghilang demam dan rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin.
·         Tidak ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus hepatitis A (HAV).
·         Rawat Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada keadaan lain yang berat dimana terjadi komplikasi kekurangan cairan akibat muntah yang berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi komplikasi kekurangan cairan dan elektrolit disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah Sakit.
·         Konsultasi dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.
·         Pada penderita Fulminant hepatitis mungkinperlu dikonsultasikan pada ahli  pencernaan anak atau ahli perawatan intensif.
·         Meskipun obat demam golongan asetaminofen  dapat dengan aman digunakan untuk mengobati beberapa gejala yang berhubungan dengan hepatitis A virus (HAV) infeksi, sebaiknya dosis harus tidak lebih dari 4 gram sehari atau 8 tablet sehari. Pada anak usia 12 tahun jangan lebih 2 gram atau 4 tablet sehari.
·         Untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan dilakukan istirahat yang cukup sehingga memberi kekuatan  bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Pemberian obat anti mual dapat diberikan untuk mencegah rasa mual dan muntah yang berlebihan. Gangguan rasa mual dan muntah itu dapat mengurangi nafsu makan. Hal ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
·         Pada penyakit hepatitis A organ tubuh yang paling terganggu adalah hati atau lever. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.
·         Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat mempengaruhi pasien untuk mengembangkan kambuh hepatitis A.Meskipun sangat jarang tetapi dapat terjadi komplikasi yang sering menyertai infeksi hepatitis A seperti Gagal ginjal akut, nefritis interstisial, pankreatitis, aplasia sel darah merah, agranulositosis, aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara, sindrom Guillain-Barré, arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike, Hepatitis autoimun dan sindrom Sjögren.
·         Kekambuhan infeksi Hepatiotis A terjadi pada sekitar  3-20% penderita. Setelah melewati fase infeksi akut, terjadi fase remisi berlangsung 3-6 minggu. Kekambuhan terjadi setelah periode singkat biasanya lebih 3 minggu dan gejalanya seperti hejala awal meskipun gejalanya lebih ringan ringan.Terdapat laporan kasus seorang pasien dilakukan transplantasi hari karena terjadi kekambuhan dan disertai penyakit lainnya yang tidak membaik dengan pengobatan.

PENCEGAHAN HEPATITIS A
·         Pencegahan Hepatitis A dilakukan dengan cara seperti misalnya dengan menyajikan makanan dan minuman yang higienis, memastikan setiap makanan sudah dimasak dengan betul, pola hidup sehat, mencuci tangan sebelum makan.
·         Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan yang baik dan benar dengan memakai sabun adalah cara sehat dan pencegahan yang paling sederhana dan paling penting. Tetapi sayangnya perilaku hidup sehat yang baik itu belum membudaya di sebagian kelompok masyarakat. Padahal bila dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti penyakit Hepatitis A.  Perilaku dan kebiasaan cuci tangan bila dilakukan dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya dan  pengelolaan air minum yang benar maka dapat lebih meminimalkan tertularnya virus Heptitis A.
·         Kontak dengan penderita atau orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Bagi mereka yang terkena HAV, globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin dan selambat-lambatnya 2 minggu setelah paparan awal.
·         Saat ini sudah tersedia vaksin hepatitis A untuk pencegahan terkena penularan penyakit tersebut. Vaksin dibuat dari virus yang dimatikan dan dapat diberikan pada usia mulai dari 2 tahun.  Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti pengguna menyuntik narkoba ilegal, pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang hygienitas, orang yang tinggal di asrama atau kontak dekat dengan orang lain, anak-anak yang tinggal di masyarakat yang memiliki tingkat tinggi hepatitis,  anak-anak dan pekerja di pusat-pusat penitipan, orang yang melakukan anal oral seks, orang dengan penyakit hati kronis dan mereka yang sering jajan di luar rumah. Orang yang bepergian ke negara-negara berkembang dimana kondisi sanitasi yang buruk harus divaksinasi dua bulan sebelum keberangkatan. Berbagai jenis vaksin hepatitis A di anataranya adalah Avaxim Sanofi Pasteur, Epaxal HAVpur® and VIROHEP-A produksi  Crucell.  Havrix produksi GlaxoSmithKline dan Vaqta buatan Merck. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B dengan vaksin Twinrix.

PENCEGAHAN HEPATITIS A  PADA ANAK

1.    Hindari berbagai obat  atau alat injeksi yang tidak steril.
2.    Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi. Makanlah makanan yang baru disiapkan.
3.    Minum dari botol yang steril (tidak bercampur dengan anak lain).
4.    Sanitasi yang sehat.
5.    Tidak makan makanan non kupas, sayuran mentah atau buah-buahan tanpa dicuci bersih.
6.    Mengajarkan kebersihan pribadi yang baik, terutama mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau mengganti popok.
7.    Untuk menon aktifkan Virus hepatitis A, panaskan makanan pada suhu diatas 85° Celcius selama 1 menit atau menstrerilkan permukaan dengan pengenceran 1:100 pemutih air keran (1 bagian pemutih untuk setiak 100 bagian air)
8.    Hal ini sangat penting yaitu melakukan vaksinasi hepatitis A sebelum melakukan perjalanan ke Eropa Timur, Meksiko dan negara berkembang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Klevens RM, Miller JT, Iqbal K, Thomas A, Rizzo EM, Hanson H, et al. The evolving epidemiology of hepatitis a in the United States: incidence and molecular epidemiology from population-based surveillance, 2005-2007. Arch Intern Med. Nov 8 2010;170(20):1811-8.
Feinstone SM, Kapikian AZ, Purceli RH. Hepatitis A: detection by immune electron microscopy of a viruslike antigen associated with acute illness. Science. Dec 7 1973;182(116):1026-8.
Todd EC, Greig JD, Bartleson CA, Michaels BS. Outbreaks where food workers have been implicated in the spread of foodborne disease. Part 4. Infective doses and pathogen carriage. J Food Prot. Nov 2008;71(11):2339-73.
Wasley A, Grytdal S, Gallagher K. Surveillance for acute viral hepatitis–United States, 2006. MMWR Surveill Summ. Mar 21 2008;57(2):1-24.
Wasley A, Samandari T, Bell BP. Incidence of hepatitis A in the United States in the era of vaccination. JAMA. Jul 13 2005;294(2):194-201.
CDC. Notice to readers: FDA approval of Havrix (hepatitis A vaccine, inactivated) for persons aged 1-18 years. MMWR. December 9, 2005;54(48):1235-1236.
CDC. Notice to readers: FDA approval of VAQTA (hepatitis A vaccine, inactivated) for children aged >1 year. MMWR. October 14, 2005;54(40):1026.
Fiore AE, Wasley A, Bell BP. Prevention of hepatitis A through active or passive immunization: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. May 19 2006;55:1-23.
Ahmed M, Munshi SU, Nessa A, Ullah MS, Tabassum S, Islam MN. High prevalence of hepatitis A virus antibody among Bangladeshi children and young adults warrants pre-immunization screening of antibody in HAV vaccination strategy. Indian J Med Microbiol. Jan-Mar 2009;27(1):48-50.
Hammitt LL, Bulkow L, Hennessy TW, Zanis C, Snowball M, Williams JL, et al. Persistence of antibody to hepatitis A virus 10 years after vaccination among children and adults. J Infect Dis. Dec 15 2008;198(12):1776-82.
Victor JC, Monto AS, Surdina TY, Suleimenova SZ, Vaughan G, Nainan OV, et al. Hepatitis A vaccine versus immune globulin for postexposure prophylaxis. N Engl J Med. Oct 25 2007;357(17):1685-94.


BAB II
LAPORAN KASUS

2.1
Pengkajian
Tanggal Pengkajian
30 Oktober 2012
1.
Identitas Klien
No. MR
:
2001007

Nama / Initial
:
An. I
Ruang Rawat
:
Ruang anak

Umur
:
4 tahun
Tanggal Masuk
:
28 Oktober 2012

Jenis Kelamin
:
Perempuan

Status
:
Belum kawin

Agama
:
Islam                                        

Pekerjaan
:
-

Pendidikan
:
Belum sekolah

Alamat
:
Kamang

DX Medis
:
Hepatitis

Penanggung Jawab

Nama
:
Ny. L

Umur
:
30 Tahun

Hubungan Keluarga
:
Ibu kandung

Pekerjaan
:
Ibu Rumah Tangga


2.
Alasan masuk

Pasien masuk ruang anak kiriman dari IGD dengan keluhan demam lebih kurang dua hari yang lalu, anak mual dan muntah dengan frekuensi 3-4 hari sekali, rewel tidak mau makan
3.
Riwayat Kesehatan

1.
Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluarga mengatakan kalau anaknya demam, badannya terasa panas, mual dan muntah, anak rewel tidak mau makan.

2.
Riwayat Kesehatan dahulu


Keluarga mengatakan kalau lebih kurang 2 tahun yang lalu anaknya juga pernah dirawat di rumah sakit Ahmad Muchtar dengan keluhan yang sama.

3.
Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan kalau anggota keluarganya pernah mengalami penyakit yang dialami klien saat ini.

4.
Data tumbuh kembang

1.
Riwayat kehamilan


Selama hamil tidak ada mengalami kesulitan dan masalah dalam kehamilan, pasien rutin memeriksakan kehamilan ke posyandu.

2.
Riwayat kelahiran dan persalinan


Anak lahir normal dengan berat badan 3 kg, panjang badan 50 cm, lahir cukup bulan dirumah bidan

3.
Riwayat imunisasi


Status imunisasi anak lengkap imunisasi yang di berikan BCG, DPT ( I,II,III), campak, TT, Polio ( I,II,III,IV ) dan hepatitis B.

5.
Pemeriksaan tingkat perkembangan

1.
Perkembangan sosial


Anak dapat beradaptasi dengan teman sekamarnya dan dengan seorang perawat

2.
Perkembangan motorik


Motorik halus
:
Klien mampu merapikan tempat tidur


Motorik Kasar
:
Klien sudah bisa berhitung dan mengenali huruf


Perkembangan koqnitif
:
Klien mampu menyusun mainan seperti bongkar pasang.


Perkembangan bahasa
:
Klien sudah mampu berkomunikasi baik dengan teman sekamar, orang tua , perawat maupun dokter
6.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
:
Sedang

GCS
:
Respon membuka mata   : 4
Respon Verbal                 : 5
Respon Motorik                : 6
                              ------------- +
                                         15 

Tingkat kesadaran
:
Compos Mentis

Tanda Tanda Vital

TD
:
90/60 mmhg

Suhu
:
390C

Pernafasan
:
20 x/i

Nadi
:
110 x/i

TB
:
80 cm

BB/ sehat
:
16 kg

BB/ sakit
:
14 kg


Head toe to

1.
Kepala 


Warna rambut
:
Hitam


Kulit kepala
:
Berminyak dan tidak berketombe


Rambut
:
Pendek dan lurus

2.
Mata


Kelengkapan
:
Lengkap kiri dan kanan


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Palpepra
:
Tidak ada bengkak, palpepra normal


Sclera
:
Ikterik


Konjungtiva
:
Tidak anemis


Pupil
:
Bulat sama besar, bereaksi terhadap cahaya


Penglihatan
:
Normal

3.
Telinga


Kelengkapan
:
Lengkap kiri dan kanan


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Kebersihan
:
Kurang terjaga


Pengeluaran cairan
:
Tidak ada


Tintus
:
Tidak ada


Fungsi pendengaran
:
Baik


Alat bantu yang dipakai
:
Tidak ada memakai alat bantu

4.
Hidung


Simetris
:
Simetris kiri dan kanan


Peradangan
:
Tidak ada


Pengeluaran cairan
:
Tidak ada


Cuping hidung
:
Tidak ada cuping hidung


Fungsi penciuman
:
Berfungsi dengan baik

5.
Mulut


Berbau
:
Mulut berbau, aseton, mokosa bibir kering


Gigi
:
Kurang bersih


Lidah
:
Putih


Tonsil
:
Tidak ada peradangan

6.
Leher


Inspeksi
:
Tidak terlihat pembengkakkan, warna simetris kiri dan kanan, tidak ada terdapat lesi, dan tidak ada tanda tanda peradangan


Palpasi
:
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan pembesaran kelenjar tiroid


JVP
:
2 cm

7.
Dada


Inspeksi
:
Terlihat simetris kiri dan kanan, tidak terlihat tanda tanda peradangan, pembengkakkan dan pengembangan dada saat inspeksi sama antara kanan dan kiri


Palpasi
:
Ekspansi dada sama tarikannya, traktik premitus pasien dalam kedaan normal.


Perkusi
:
Tidak ada bunyi redup.


Auskultasi
:
Vesikuler

8.
Jantung


Inspeksi
:
Tidak terlihat pembengkakan


Palpasi
:
Tidak ada nyeri tekan


Perkusi
:
Bunyi redup


Auskultasi
:
Iramanya teratur tidak terdengar bunyi tambahan

9.
Abdomen


Inspeksi
:
Tidak ada pembesaran, tidak terdapat lesi


Palpasi
:
Ada nyeri tekan terutama pada sisi kakan bawah tulang rusuk


Perkusi
:
Timpani


Auskultasi

Bising usus 36 x/i normal : 15-30x/i

10.
Genitaurinaria


Kelengkapan
:
Lengkap


Keluhan
:
Tidak ada keluhan


Kebersihan
:
Terjaga ( bersih )

11.
Ekstremitas



Kekuatan Otot
:
5 5 5 5      5 5 5 5
5 5 5 5      5 5 5 5


Ekstremitas atas
:
Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat oedema pada tangan kiriterpasang infuse RL 8  jam/kolf (16 tts/i)


Ekstremitas bawah
:
Turgor kulit elastis, tidak terdapat lesi, warna kulit kuning

13
NERVUS


N  I
:
Fungsi penciuman baik bisa membedakan bau


N  II
:
Ketajaman mata klien baik


N  III
:
Pergerakan mata dan kontraksi pupil normal


N  IV
:
Pergerakan bola mata simetris


N  V
:
Sensasi sentuhan normal


N  VI
:
Pergerakan  bola mata seimbang


N  VII
:
Fungsi motorik pada nervus fasialis baik, lien dapat mengerkan otot wajah


N  VIII
:
Funsi pendengaran baik


N  IX
:
Normal, klien bisa membuka mulutnya


N  X
:
Klien bisa mengucapkan Ah


N  XI
:
Klien bisa mengakat tangan bila diberi tekanan





2.2
Data Biologis

No.
Aktifitas
sehat
sakit

1.
Makanan dan minuman
Makan
-                 Menu
-                 Porsi
-                 Makanan kesukaan
-                 Pantangan
Minum
-                 Jumlah
-                 Minuman Kesukaan
-                 Cairan
-                 Pantangan


Nasi, lauk , sayur
3 x sehari
Sate
Tidak ada pantangan

6 gelas / hari
Minuman dingin, es krim
Tidak ada
Tidak ada


Nasi,  lauk, sayur (MB)
½ porsi
-
Tidak ada pantangan

4 -5 gelas / hari
Air putih
Parental RL 500 cc
Tidak ada

2.
Eliminasi
BAB
-                 Frekuensi
-                 Warna
-                 Bau
-                 Kosistensi
-                 Kesulitan
BAK
-                 Frekuensi
-                 Warna
-                 Bau
-                 Kosistensi
-                 Kesulitan



1 x sehari
Kuning pucat
Khas
Lembek
Tidak ada

3 x /i hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada


1 x/i 3 sehari
Kuning
Khas
Lembek
Tidak ada kesulitan

4 x / hari
Kuning gelap
Pesing
Cair
Tidak ada

3.
Istirahat dan tidur
-                  Waktu tidur

-                 Lama tidur

-                 Hal yang mempermudah tidur

-                 Kesulitan tidur

Jam 20.00 – 08.00

8 jam / sehari

Tidak ada

Tidak ada

Klien sering terbagun dan menangis pada malam hari
Tak menentu

Tidak ada

Ada

4.
Personal Hygiene
-                 Mandi
-                 Cuci rambut
-                 Gosok gigi
-                 Potong kuku

3 x sehari
2 x / seminggu
Setiap mandi
1 x / seminggu

Tidak ada
Tidak ada
Kumur kumur saja
Tidak ada





2.3
Riwayat alergi

Tidak mempunyai riwayat alergi makanan, begitu juga alergi pada obat- obatan


2.4
Data psikologi

1.
Perilaku verbal
Perilaku verbal klien tampak masih kurang baik karena susah diajak bicara

2.
Perilaku non verbal
Perilaku non verbal klien kurang baik, karena klien selalu memeluk ibunya saat bicara

3.
Keadaan emosi
Kedaan emosi klien kurang stabil karena masih tampak ketakutan

4.
Persepsi klien terhadap penyakit
Klien tidak mengerti terhadap penyakit yang dideritanya, karena klien masih kecil

5.
Konsep diri
Konsep diri klien terlihat baik

6.
Adaptasi
Klien belum bisa berdaptasi dengan lingkungan rumah sakit, klien tampak ketakutan, apabila perawat atau dokter memasuki ruangan.



2.5
Data sosial ekonomi
Klien tergolong keluarga ekonomi menengah ke atas, orang tua klien bekerja sebagai pegawai, hubungan klien dengan keluarga dan orang lain baik


2.6
Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan klinik
:
30 Oktober 2012

HB
:
11,8 %

Leukosit
:
5,4 x 10 3 mm

HT
:
35,7 vol %

Trombosit
:
309.000  mm2




2.7
Data fokus

1.
Data subjektif


1.
Keluarga klien mengatakan kalau panas anaknya tidak turun turun sejak 2 hari lang lalu


2.
Keluarga mengatakan kalau badan anaknya terasa panas


3.
Keluarga klien mangatakan kalau urine anaknya berwarna gelap


4.
Keluarga klien mengatakan kalau anaknya sering menangis sambil memegang perut terutama pada sisi kanan bawah tulang rusuk.


5.
Keluarga mengatakan kalau anaknya mual dan muntah setiap selesai makan


6.
Keluarga mengatakan kalau naknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.


7.
Keluarga mengatakan kalau anaknya sering gelisah dan tidak bisa tidur


8.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak nyaman


9.
Keluarga mengatakan kalau anaknya sering menangis


10.
Keluarga mengatakan kalau anaknya ketakutan


11.
Keluarga mengatakan kalau bibir anaknya tampak kering


12.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak ada mandi selama dirumah sakit


13.
Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak ada gosok gigi selama dirumah sakit, hanya kumur kumur saja.

2.
Data Objektif


1.
Klien terlihat lemah


2.
Badan klien terasa panas


3.
Kulit dan mata klien tampak kuning


4.
TTV klien  :



TD
:
90/60 mmhg



P
:
20 x/i



N
:
110 x/i



S
:
39 0C



TB
:
80 cm



BB/sakit
:
14 kg



BB/ sehat
:
16 kg


5.
Porsi makan yang dihabiskan hanya ½ porsi


6.
Pada tangan kiri klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)


7.
Mukosa bibir klien tampak kering


8.
Klien tampak rewel dan sering menangis


9.
Klien tampak ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan


10.
Rambut klien tampak berminyak


11.
Klien tampak kotor


12.
Mulut klien berbau


13.
Klien tampak tidak nyaman


14.
Klien tampak gelisah.




2.8
Analisa Data

No.
Data
Masalah
Etilogi

1.
Ds.
1.      Keluarga klien mengatakan kalau demam anaknya tidak turun turun sejak 2 hari yang lalu
2.      Keluraga mengatakan kalau badan anaknya terasa panas
3.      Keluarga klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur
4.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak nyaman.
Do  :
1.      Badan klien terasa panas
2.      Klien tampak rewel dan sering menangis
3.      Klien tampak gelisah
4.      TTV klien
TD    :  90/60 mmhg
P       :  20 x/i
N      :  110 x /i
S       :  39 0C
5.      Pada tangan kiri klien tampak terpasang infuse RL 8 jam/kolf ( 16 tts/i)
6.      Klien tampak tidak nyaman.

Gangguan rasa nyaman

Peningkatan suhu tubuh

2.
Ds  :
1.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tidak menghabiskan makanan yang diberikan.
2.      Keluarga mengatakan kalau anaknya selalu mual dan muntah setiap selesai makan
3.      Keluarga mengatakan kalau bibir anaknya tampak kering
Do  :
1.      Klien hanya menghabiskan makan ½ porsi
2.      Klien tampak lemah
3.      Mukosa bibir klien tampak kering
4.      BB/sehat  : 16 kg
BB/sakit   : 17 kg


Perubahan nutris kurang dari kebutuhan tubuh

Intake yang tidak ada akurat

3.
Ds  :
1.      Keluarga mengatakan kalau anaknya tampak ketakutan.
2.      Keluarga mengatakan kalau anaknya sering manangis.
3.      Keluarga mengatakan kalau anaknya rewel.
4.      Keluarga klien mengatakan kalau anaknya gelisah dan tidak bisa tidur.
Do.  :
1.      TTV klien
TD    :  90/60 mmhg
P       :  20 x/i
N      :  110 x /i
S       :  39 0C
2.      Klien tampak rewel.
3.      Klien sering menangis.
4.      Klien tampak gelisah.
5.      Klien tampak ketakutan apabila perawat atau dokter memasuki ruangan.


Cemas pada anak

Therapy hospitalisasi
»»  Baca Selengkapnya