Rabu, 24 April 2013

THERAPY MODALITAS UNTUK PASIEN DIABETES MILITUS

SENAM KAKI DIABETIK 

Terapi modalitas merupakan terapi yang dilakukan perawat secara mandiri sebagai alternatif pengobatan yang dapat dilakukan klien dan keluarga dalam hal pengobatan dan sudah dibuktikan secara riset dampaknya terhadap kesehatan klien Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif.

Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu dari penyakit degeneratif tersebut. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula darah tinggi) sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin, aktifitas insulin ataupun keduanya (American Diabetes Assosiation, 2003). Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. 

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dan gaya hidup.

Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. Saat ini, penyakit diabetes melitus (kencing manis) bukan hanya milik kaum lansia. Semua kalangan usia, mulai balita hingga orang dewasa, juga bisa terjangkit salah satu jenis sindrom metabolic tersebut. Ada tiga terapi pengobatan penyakit kencing manis. Yakni, menjalani pola hidup sehat, rutin senam diabetes, dan minum obat. “Namun, obat bukan terapi utama diabetesi”, kata Andri Sumarni, instruktur senam diabetes dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Unit RSU dr. Soetomo. Karena itu, diabetesi dianjurkan melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali seminggu. Rutin senam terbukti bisa mengontrol kadar gula darah tubuh, agar tak bertambah tinggi. 

Dari sudut ilmu kesehatan,tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya.selain itu telah lama pula olah raga digunakan sebagai bagian pengobatan diabetes melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut adalah senam kaki. Karena salah satu tujuan dilaksanakannya senam kaki adalah memperlancar peredaran darah untuk mencegah kaki diabetes

A.      Defenisi

Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya lukapada kaki diabetes. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalamperawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini adalah dengan melakukan senam kaki diabetes, disamping memotong kuku yangbenar, pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki(Soegondo, et al. 2004).
Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Angka amputasi akibat diabetes masih tinggi, sedangkan biaya pengobatan juga sangat tinggi dan sering tidak terjangkau oleh masyarakat umum.
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002).
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986)
Ada 3 alasan mengapa orang dengan diabates lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu:
a.       Sirkulasi darah kaki dari tungkai yang menurun (gangguan pembuluh darah)
b.      Berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf)
c.       Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
Senam kaki ini sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropathy di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Latihan senam kaki DM ini dapat dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau ke dalam dan mencengkram pada jari-jari kaki (Soegondo, et al. 2004).

B.       Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut (Tara, 2003).
Gerakan dalam senam kaki DM tersebut seperti yang disampaikandalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapatmembantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Bisa mengurangi keluhan darineuropathy sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan, gringgingen di kaki.Manfaat dari senam kaki DM yang lain adalah dapat memperkuat otot-ototkecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan ototbetis dan paha (gastrocnemius, hamstring, quadriceps), dan mengatasiketerbatasan gerak sendi (Soegondo, et al. 2004).
Senam kaki DM dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien DM untuk meningkatkan aliran darah dan memperlancar sirkulasi darah, hal ini membuat lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif (Soegondo, et al. 2004). Kondisi ini akan mempermudah saraf menerima nutrisi dan oksigen yang mana dapat meningkatkan fungsi saraf (Guyton & Hall, 2006).
Soegondo, et al. (2004), juga menyebutkan bahwa latihan seperti senam kaki DM dapat membuat otot-otot di bagian yang bergerak berkontraksi. Kontraksi otot ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion, menguntungkan ion positif dapat melewati pintu yg terbuka. Masuknya ion positif itu mempermudah aliran penghantaran impuls saraf (Guyton & Hall, 2006).
Secara garis besar tujuan dari senam kaki diabetik adalah:
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

C.      Indikasi dan Kontraindikasi

1.      Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini.

2.      Kontraindikasi
a.       Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada.
b.      Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
D.      Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan
a.       Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien
b.      Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan
c.       Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)
d.      Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki tersebut
e.       Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi)

E.       Prosedur Pelaksanaan
1.      Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.
2.      Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
3.      Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, Jaga privacy pasien
4.      Prosedur Pelaksanaan :
a.       Perawat cuci tangan
b.      Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

  
c.       Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

d.      Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

e.       Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

 f.       Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

g.      Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

h.      Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.

i.        Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

j.        Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

k.      Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

  
l.        Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
o   Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
o   Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
o   Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
o   Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

  
F.       Hal yang Harus di Evaluasi Setelah Tindakan

a.       Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki
b.      Pasien dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki
c.       Pasien dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki secara mandiri
G.      Dokumentasi Tindakan
a.       Respon klien
b.      Tindakan yang dilakukan klien sesuai atau tidak dengan prosedur
c.       Kemampuan klien melakukan senam kaki


»»  Baca Selengkapnya

Kamis, 04 April 2013

KOMUNIKASI PADA ANAK



MAKALAH
KOMUNIKASI PADA ANAK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak







Disusun Oleh

ERA SASTRIAWATI
YAYAN SOFYAN
ADRIANI FEMILIA
YUSNI
NOVA PUTRI AYU KELLI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
Tahun 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Komunikasi Pada Anak . Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip, strategi atau tehnik, serta hambatan dalam berkomunikasi dengan anak. Khususnya pada komunikasi terapiotik.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan agar penyusunan makalah ini tersaji dengan sebaik-baiknya, baik bentuk maupun isinya. Penulis menyadari bahwa keinginan tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis didalam peyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Semoga penulisan karya tulis ini bermanfaat, Amin.


Bukititnggi, Maret 2013


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih saying dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam praktek keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien sehingga komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik.
komunikasi terapeutik merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi (Stuart dan Sundeen, 1987)

Oleh sebab itu, dalam proses berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan dalam berkomunikasi.
Dari uraian tersebut diatas penulis membuat makalah dengan judul “Komunikasi pada anak “.







1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apakah yang dimaksud dengan komunikasi pada anak?
1.2.2     Apakah prinsip komunikasi pada anak?
1.2.3     Apakah Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak ?
1.2.4     Bagaimanakah Tekhnik Komunikasi pada anak?
1.2.5     Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai     tumbuh kembang.

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian tentang komunikasi pada anak.
1.3.2 Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dengan anak.
1.3.3 Mengetahui Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
1.3.4     Tekhnik Komunikasi pada anak
1.3.5     Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai       tumbuh kembang.



BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.


2.2 Prinsip-prinsip komunikasi pada anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk  membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai    komunikasi.

2.3   Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
1.    Pendidikan
2.    Pengetahuan
3.    Sikap
4.    Usia tumbuh kembang
5.    Status kesehatan anak
6.    Sistem social
7.    Saluran
8.    Lingkungan

2.4   Tehnik Komunikasi
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :

1.     Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.    Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3.    Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4.    Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.


5.    Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.    Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.    Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.    Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9.     Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

2.5.    Pendekatan komunikasi dalam pengkajian keperwatan anak sesuai       tumbuh    kembang.
Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada umumnya dapat dilakukan dengan melalui gerakan-gerakan bayi yang merupakan alat komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi pada bayi dimulai dengan kemampuan bayi melihat benda-benda yang menarik, biasanya pada minggu ke delapan. pada minggu kedua belas bayi dapat tersenyum. pada usia 16 minggu bayi dapat menoleh kea rah suara yang asing baginya. Pada pertengahan tahun bayi dapat mengucapkan kat-kata awal seperti ba-ba, da-da dan lain-lain. pada bulan ke sepuluh bayi dapat berespon saat dipanggil namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, dan pada akhir tahun pertama dapat mengatakan kata-kata yang spesifik sekitar dua atau tiga kata.
Selain komunikasi di atas, komunikasi yang efektif menggunakan komunikasi nonverbal sepertimengusap, menggendong, memangku dan lain-lain
Usia Toddler dan Prasekolah (1-2,5 th, 2,5-5 tahun)
Pada tahun pertama anak sudah mampu memahami sekitar sepuluh kat. pada tahun kedua memahami sekitar 200-300 kata. Pada usia 3 tahun, anak sudah mampu menguasai skitar 900 kata. Komunikasi pada usia ini bersifat egosentris, rasa ingin tahu dan inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat, mudah merasa kecewa dan merasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut trhadap ketidaktahuan, dan perlu diingat pada usia ini anak masih belum fasih berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini, cara berkomunikasi yang dilakukan adalah dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, member kesempatan untuk menyentuh alat pemeriksaan yang digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hidarkan sikap mendesak sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberikan mainan saat berkomunikasi dengan maksud anak mudah diajak berkomunikasi, mengatur jarak saat berkomunikasi, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa persetujuannya, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan rasa cemas. Menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak saat komunikasi.

Usia Sekolah (5-11 tahun)
Dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan anak mencerminkan fikiran anak dan kemampuan anak untuk membaca di sini sudah dapat dimulai. Pada usia delapan tahun anak sudah dapat membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. pada usia ini keingintahuan pada aspek fusngsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan rasa malu, pada usia ini anak sering kali merenung kehidupan masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola fikir mulai menunjukkan kea rah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah dengan berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi. Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motivasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan “ bagaimana bila tiga permintaan “, rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain.

B.   Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan  dan diskusi kelompok kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makalah ini.
Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini. Perawat dapat lebih merencanakan  bantuan dan bimbingan  bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sempurna.









DAFTAR PUSTAKA

      i.        Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
    ii.        Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
   iii.        Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek  keluarga,usdiknakes  Depkes RI Jakarta (1993)
   iv.        Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.
»»  Baca Selengkapnya