MAKALAH
|
PENYAKIT HEPATITIS PADA
ANAK
|
Disusun Oleh :
|
ERA SASTRIAWATI
|
STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
Tahun 2012 / 2013
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan
syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah
dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah
ini.
Adapun judul dari Makalaah ini “Penyakit
Hepatitis Pada Anak“. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
melengkapi tugas Ilmu Kesehatan Anak di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Fort
De Kock program studi ilmu Keperawatan..
Dalam menyelesaikan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan. Untuk itu, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua Pihak yang telah membantu Penulis dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membacanya. Amin.
Bukittinggi, Oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen
virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus
akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun
kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas,
setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata
tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih
dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18
juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis
dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup
agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara
khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan,
pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan
benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko
komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari
seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang diatas dalam makalah ini penulis mengangkat jenis-jenis
dan cara pencegahan penyakit hepatitis
1.3 Rumusan
Masalah
1. apa itu hepatitis?
2.
berapa macam/jenis hepatitis?
3.
apa penyebab dan bagaimana cara penularan penyakit hepatitis itui?
4.
Apa tanda dan gejala dari penyakit hepatitis itu?
5. bagaimana cara pencegahan penyakit hepatitis itu?
6. bagaimana cara pencegahan penyakit hepatitis pada anak
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui jenis - jenis, cara penularan dan cara pencegahan penyakit
hepatitis
1.5 Manfaat
penelitian
Untuk menambah pengetahuan tentang jenis
- jenis dan cara pencegahan penyakit hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
HEPATITIS
Istilah “Hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
2.1.1 HEPATITIS A
Definisi :
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang
ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus
Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya
melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual
atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan
air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6
minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa
tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
2.1.2 HEPATITIS B
Definisi :
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang
tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.
Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya
menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran
cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara
lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi
darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi,
handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan
tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena
penyakit ini.
2.1.3 HEPATITIS C
Definisi
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak
darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti
penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang
tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik
menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker
(cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan
secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
2.1.4 HEPATITIS E
Definisi :
Tipe E, banyak menyerang orang yang kembali dari
daerah endemis seperti India, Afrika, Asia, Amerika Tengah. Dan lebih banyak
diderita oleh anak-anak dan wanita hamil. Masa inkubasi 15-60 hari, rata-rata
adalah 40 hari. Merupakan penyakit non-kronik.
2.2 DEFINISI HEPATITIS A
Berikut
beberapa pengertian dari Hepatitis A :
2.2.1 Penyakit ini di sebabkan oleh hepatitis A virus (HAV). HAV
dapat ditularkan dengan makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi
oleh kotoran individu yang terinfeksi.
Wabah bisa terjadi di negara-negara di mana pasokan
air tercemar oleh limbah. Pada beberapa Negara, kontaminasi kerang telah
menyebabkan wabah besar. Kontak erat dengan individu yang terinfeksi juga dapat
menularkan infeksi hepatitis A, ini merupakan perhatian khusus di sekolah
tempat anak-anak untuk berhati-hati dan pemberitahuan tentang cara mencuci
tangan setelah menggunakan fasilitas toilet sebagai upaya pencegahan. Hal ini
tentunya lebih efektif ketimbang harus melakukan pengobatan
hepatitis A kepada mereka yang menderita.
2.2.2 Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh
kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui
aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding
hepatitis jenis lain (B dan C) dan dapat sembuh secara spontan tanpa
meninggalkan gejala sisa. Penyakit ini bersifat akut, hanya menimbulkan gejala
sekitar 1 sampai 2 minggu.
2.2.3
Hepatitis A adalah golongan
penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus
hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi,
bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau
kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia
penderita.
Penyakit
Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi,
barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang
penyakit Hepatitis A.
2.2.4
Hepatitis adalah
peradangan hati, yang disebabkan oleh virus, obat-obatan dan bahan beracun.
2.2.5
Penyakit hepatitis A
disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui
aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A paling ringan dibanding
hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C disebarkan melalui media
darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya dibanding hepatitis A.
2.2.6
Seringkali infeksi
hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri
perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah
6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut
ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang
tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang
prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
2.3 ETIOLOGI
HEPATITIS A
Faktor Pencetus
·
kotoran/tinja penderita
yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi.
·
Personal hygiene.
·
MCK
·
Cara Penyimpanan
makanan yang tidak baik
Faktor Pendorong
·
zat kimia ( yang paling sering: karbon tetra kloroda, fosfor, kloroform dan
senyawa .
·
obat-obatan : isoniazid, halotan, asetaminofen dan antibiotik tertentu,
anti metabolik
·
virus RNA dari famili enterovirus
2.4 POTOFISIOLOGI
HEPATITIS A
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran
pencernaan, kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu
menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi
yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar
dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang
akan dieksresikan bersama feses.
Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang
akanmenekan ductus biliaris sehinngga aliran bilirubin direk terhambat,
kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan
ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga
bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk
dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas)
ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit
terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh
pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat
masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin.
Akibat bilirubindirek yang kurang dalam usus
mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu ( produksi sedikit ) sehingga
proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu
yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung, sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf
parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula
oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu
makan.
2.5 Manifestasi klinis :
·
bisa ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)
·
bila gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan
seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
·
anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat
·
belakangan dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
·
gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa
nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
·
gejala-gejala di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah
kemunculan awal )
·
splenomegali dan hepatomegali sering terjadi
·
cenderung bersifat simptomatis
2.6 Penatalaksanaan :
·
tirah baring selama stadium akut
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
·
diet yang bergizi
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan
2.7.1
KOMPLIKASI
HEPATITIS A
2.7.1
Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum
2.7.2
Hepatitis kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali
2.7.3
Hepatitis relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan.
2.7.4
Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun
2.7.5
Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis
2.8 PENGOBATAN HEPATITIS A
·
Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) ada. Pengobatan
diberikan secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang mungkin
dapat diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin.
Pencegahan baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi
lebih penting.
·
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya
sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian farmakoterapi adalah
untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi atau
obat-obatan yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau penghilang
demam dan rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin.
·
Tidak ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat
pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus
hepatitis A (HAV).
·
Rawat Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan
karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada keadaan lain
yang berat dimana terjadi komplikasi kekurangan cairan akibat muntah yang
berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi komplikasi kekurangan cairan dan
elektrolit disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah Sakit.
·
Konsultasi dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.
·
Pada penderita Fulminant hepatitis mungkinperlu dikonsultasikan pada
ahli pencernaan anak atau ahli perawatan intensif.
·
Meskipun obat demam golongan asetaminofen dapat dengan aman digunakan
untuk mengobati beberapa gejala yang berhubungan dengan hepatitis A virus (HAV)
infeksi, sebaiknya dosis harus tidak lebih dari 4 gram sehari atau 8 tablet
sehari. Pada anak usia 12 tahun jangan lebih 2 gram atau 4 tablet sehari.
·
Untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses
penyembuhan dilakukan istirahat yang cukup sehingga memberi kekuatan bagi
sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Pemberian obat anti mual dapat
diberikan untuk mencegah rasa mual dan muntah yang berlebihan. Gangguan rasa
mual dan muntah itu dapat mengurangi nafsu makan. Hal ini harus diatasi karena
asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
·
Pada penyakit hepatitis A organ tubuh yang paling terganggu adalah hati
atau lever. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di
dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang
tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit.
·
Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat
mempengaruhi pasien untuk mengembangkan kambuh hepatitis A.Meskipun sangat
jarang tetapi dapat terjadi komplikasi yang sering menyertai infeksi hepatitis
A seperti Gagal ginjal akut, nefritis interstisial, pankreatitis, aplasia sel
darah merah, agranulositosis, aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara,
sindrom Guillain-Barré, arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike,
Hepatitis autoimun dan sindrom Sjögren.
·
Kekambuhan infeksi Hepatiotis A terjadi pada sekitar 3-20% penderita.
Setelah melewati fase infeksi akut, terjadi fase remisi berlangsung 3-6 minggu.
Kekambuhan terjadi setelah periode singkat biasanya lebih 3 minggu dan
gejalanya seperti hejala awal meskipun gejalanya lebih ringan ringan.Terdapat
laporan kasus seorang pasien dilakukan transplantasi hari karena terjadi
kekambuhan dan disertai penyakit lainnya yang tidak membaik dengan pengobatan.
2.9 PENCEGAHAN HEPATITIS A
·
Pencegahan Hepatitis A
dilakukan dengan cara seperti misalnya dengan menyajikan makanan dan minuman
yang higienis, memastikan setiap makanan sudah dimasak dengan betul, pola hidup
sehat, mencuci tangan sebelum makan.
·
Menjaga kebersihan
perorangan seperti mencuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan yang baik
dan benar dengan memakai sabun adalah cara sehat dan pencegahan yang paling sederhana
dan paling penting. Tetapi sayangnya perilaku hidup sehat yang baik itu belum
membudaya di sebagian kelompok masyarakat. Padahal bila dilakukan dengan baik
dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti penyakit Hepatitis A.
Perilaku dan kebiasaan cuci tangan bila dilakukan dengan kegiatan lain misalnya
tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya dan pengelolaan
air minum yang benar maka dapat lebih meminimalkan tertularnya virus Heptitis
A.
·
Kontak dengan penderita
atau orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin.
Bagi mereka yang terkena HAV, globulin imun (IG) harus diberikan sesegera
mungkin dan selambat-lambatnya 2 minggu setelah paparan awal.
·
Saat ini sudah tersedia
vaksin hepatitis A untuk pencegahan terkena penularan penyakit tersebut. Vaksin
dibuat dari virus yang dimatikan dan dapat diberikan pada usia mulai dari 2
tahun. Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar
dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A
dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti pengguna menyuntik
narkoba ilegal, pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang
hygienitas, orang yang tinggal di asrama atau kontak dekat dengan orang lain,
anak-anak yang tinggal di masyarakat yang memiliki tingkat tinggi
hepatitis, anak-anak dan pekerja di pusat-pusat penitipan, orang yang
melakukan anal oral seks, orang dengan penyakit hati kronis dan mereka yang
sering jajan di luar rumah. Orang yang bepergian ke negara-negara berkembang
dimana kondisi sanitasi yang buruk harus divaksinasi dua bulan sebelum
keberangkatan. Berbagai jenis vaksin hepatitis A di anataranya adalah Avaxim
Sanofi Pasteur, Epaxal HAVpur® and VIROHEP-A produksi Crucell.
Havrix produksi GlaxoSmithKline dan Vaqta buatan Merck. Imunisasi hepatitis A
bisa dilakukan dalam bentuk sendiri atau bentuk kombinasi dengan vaksin
hepatitis B dengan vaksin Twinrix.
3. Pencegahan
Hepatitis A pada anak
1.
Hindari berbagai obat atau
alat injeksi yang tidak steril.
2.
Hindari makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Makanlah makanan yang baru disiapkan.
3.
Minum dari botol yang steril
(tidak bercampur dengan anak lain).
4.
Sanitasi yang sehat.
5.
Tidak makan makanan non kupas,
sayuran mentah atau buah-buahan tanpa dicuci bersih.
6.
Mengajarkan kebersihan pribadi
yang baik, terutama mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau mengganti
popok.
7.
Untuk menon aktifkan Virus hepatitis A, panaskan makanan pada suhu diatas
85° Celcius selama 1 menit atau menstrerilkan permukaan dengan pengenceran
1:100 pemutih air keran (1 bagian pemutih untuk setiak 100 bagian air)
8.
Hal ini sangat penting yaitu
melakukan vaksinasi hepatitis A sebelum melakukan perjalanan ke Eropa Timur,
Meksiko dan negara berkembang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Klevens RM,
Miller JT, Iqbal K, Thomas A, Rizzo EM, Hanson H, et al. The evolving
epidemiology of hepatitis a in the United States: incidence and molecular
epidemiology from population-based surveillance, 2005-2007. Arch Intern
Med. Nov 8 2010;170(20):1811-8.
Feinstone SM,
Kapikian AZ, Purceli RH. Hepatitis A: detection by immune electron microscopy
of a viruslike antigen associated with acute illness. Science. Dec
7 1973;182(116):1026-8.
Todd EC, Greig
JD, Bartleson CA, Michaels BS. Outbreaks where food workers have been
implicated in the spread of foodborne disease. Part 4. Infective doses and
pathogen carriage. J Food Prot. Nov 2008;71(11):2339-73.
Wasley A,
Grytdal S, Gallagher K. Surveillance for acute viral hepatitis–United States,
2006. MMWR Surveill Summ. Mar 21 2008;57(2):1-24.
Wasley A,
Samandari T, Bell BP. Incidence of hepatitis A in the United States in the era
of vaccination. JAMA. Jul 13 2005;294(2):194-201.
CDC. Notice to
readers: FDA approval of Havrix (hepatitis A vaccine, inactivated) for persons
aged 1-18 years. MMWR. December 9, 2005;54(48):1235-1236.
CDC. Notice to
readers: FDA approval of VAQTA (hepatitis A vaccine, inactivated) for children
aged >1 year. MMWR. October 14, 2005;54(40):1026.
Fiore AE, Wasley
A, Bell BP. Prevention of hepatitis A through active or passive immunization:
recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices
(ACIP). MMWR Recomm Rep. May 19 2006;55:1-23.
Ahmed M, Munshi
SU, Nessa A, Ullah MS, Tabassum S, Islam MN. High prevalence of hepatitis A
virus antibody among Bangladeshi children and young adults warrants
pre-immunization screening of antibody in HAV vaccination strategy. Indian
J Med Microbiol. Jan-Mar 2009;27(1):48-50.
Hammitt LL,
Bulkow L, Hennessy TW, Zanis C, Snowball M, Williams JL, et al. Persistence of
antibody to hepatitis A virus 10 years after vaccination among children and
adults. J Infect Dis. Dec 15 2008;198(12):1776-82.
Victor JC, Monto
AS, Surdina TY, Suleimenova SZ, Vaughan G, Nainan OV, et al. Hepatitis A
vaccine versus immune globulin for postexposure prophylaxis. N Engl J
Med. Oct 25 2007;357(17):1685-94.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar